Minggu, 16 Februari 2014


VALENTINE DAY DALAM PANDANGAN
ISLAM[1]


A.    Sejarah Valentine
Valentine day atau hari kasih sayang nampaknya sudah menjadi bagian hidup remaja modern. Tanggal 14 februari sebagai hari Valentine day dianggap hari yang sakral untuk mengungkapkan rasa kasih sayang sepenuh hati kepada orang-orang yang dicintai. Sebagai ungkapan kasih sayang itu, berbagai atribut yang bergambar hati mulai dari gantungan kunci, kartu ucapan valentine, kado, hingga kue-kue banyak dijual dipasaran.
Kenyataannya Valentine Day ini tidak lebih dari hari pelacuran yang terselubung. Muda-mudi yang saling keranjingan cinta saling mengungkapkan cinta, bermesraan, dan suka cita ditempat-tempat romantis yang mereka siapkan. Dihari itulah sang pacar harus rela menerima tanda cinta termasuk memberikan keperawanannya kepada kekasihnya demi kasih sayang yang langgeng. Bahkan banyak remaja putri yang mengakui bahwa ia ingin keperawanannya dinikmati oleh pacarnya di hari Valentine Day. Na’udzubillahi mindzalik.
Valentine day sudah menyimpang dari makna kasih sayang. Sebuah penyesatan bagi remaja modern, seolah kasih sayang hanya tertumpa dalam satu hari tersebut. Apa lagi dilihat dari cara-cara remaja merayakannya sangat jauh sekali dari aspek kemanusiaan.
Menelusuri asal mula Valentine Day ini, umat Islam yang ikut merayakannya kembali terkecoh, karena ternyata Valentine Day bukanlah dari Islam melainkan sebuah perayaan yang datang dari agama Nasrani. Valentine Day merupakan sebuah perayaan untuk menghormati sang tokoh yaitu St. Valentinus. Valentinus adalah seorang martyr (istilah dalam Islam disebut Syuhada), yang karena pengorbanannya dalam penyebaran agama Kristiani diberi gelar saint atau santo / santa, yang berarti orang suci. St Valentinus sangat perduli kepada orang miskin dan menderita. Itulah yang menyebabkannya mendapatkan simpati dari orang miskin. Ajaran kasih sayangnya membuat orang-orang Romawi berbondong-bondong minta dibaptis.
Pada tanggal 14 februari 270 M, Valentinus dipenggal kepalanya karena pertentangannya dengan raja Romawi yang dipimpin Raja Cladius II (262 M). Untuk mengagungkan Valentinus yang menjadi simbol ketabahan , keberanian, dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup, para pengikutnya memperingati kematian St. Valentinus sebagai upacara keagamaan.
Tetapi sejak abad ke – 16 upacara keagamaan tersebut berangsur - angsur hilang dan berubah menjadi perayaan bukan keagamaan. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan Kasih Sayang bangsa romawi kuno yang disebut supercalis yang diperingati setiap tanggal 15 Februari. Setelah ajaran Kristen masuk Romawi, pesta Supercalis kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St Valentinus. Akhirnya hari kasih sayang dimajukan sehari menjadi tanggal 14 februari.

B.     Valentine Day Dalam Pandangan Islam
Para Ulama’ dari semua kalangan memfatwakan bahwa haram (tidak boleh) merayakan valentine Day, karena Valentine Day itu merupakan perayaan ke-agamaan orang-orang Nasrani. Itu artinya adalah Valentine Day bukan berasal dari ajaran Islam, bahkan perayaan Valentine Day sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Valentine Day dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan (hina), saling tukar hadiah, bermesraan dengan seseorang yang mukan mahramnya, bahkan sampai jatuh kepada perzinahan. Hendaknya seorang muslim merasa bangga dengan agama yang telah dipeluknya (merasa bangga dengan ajaran Islam), dan tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan hanya ikut-ikutan. Semoga Allah Swt melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup) yang tampak atau tersembunyi dan semoga Allah Swt meliputi kita dengan bimbingannya.
Oleh karena Valentine Day tersebut tidak ada dalam syariat Islam dan sama sekali tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan orang-orang Mulia lagi bertaqwa dikalangan shahabat, tabi’in, dan Ulama-Ulama setelah mereka, maka sangat disayangkan dan menyedihkan jika sekarang kita banyak melihat saudara kita kaum muslimin dari kalangan remaja khususnya, yang terkena penyakit suka mengekor dan ikut-ikutan dan latah dengan kebiasaan dan budaya-budaya orang-orang kafir dari negara-negara Barat dalam acara Valentine Day dan acara-acara lainnya. Allah Swt Berfirman :

ولاتقف ما ليس لك به علم ان السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا
Artinya : “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawabannya “ (Q.S al-Isra’ : 36 ).
Juga Allah berfirman dalam surah al-Baqarah :

ولن ترضى عنك اليهود ولاالنصرى حتى تتبع ملتهم قل ان هدى الله هو الهدى
Artinya : “ dan orang-orang Yahudi dan Nasrani (kristen) tidak akan senang / ridha kepada kalian sampai kalian mengikuti cara-cara hidup mereka. Katakanlah bahwa petunjuk itu hanya petunjuk Allah (Islam) “ (Q.S Al-Baqarah : 120).
Dan Rasulullah Saw bersabda :
من تشبه بقوم فهو منهم
Artinya : “ Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka orang tersebut termasuk golongan mereka “. (H.R Abu Dawud).

Dengan penjelasan dari Allah dan Rasul-Nya diatas, menambah keyakinan kita bahwa acara Valentine Day adalah acara yang diada-adakan oleh orang kafir dan orang-orang yang bergelimang dosa dalam rangka kemaksiatan dan dalam rangka mengumbar syahwat dan memenuhi hawa nafsu mereka.
Keimanan seorang muslim adakalanya meguat dan menipis. Iman seseorang akan bertambah jika melaksanakan keta’atan kepada Allah Swt dan berkurangnya iman jika bermaksiat kepada Allah Swt. Demikian pula keimanan seseorang akan berkurang jika keinginan hawa nafsunya bertengtangan dengan aturan-aturan Allah Swt, namun keinginan manusia akan berpahala jika keinginannya tersebut sesuai dengan aturan-aturan Allah Swt.
Oleh karena itu jika seseorang mengikuti hawa nafsunya dengan ikut merayakan valentine Day yang bertentangan dengan aturan Allah Swt maka orang tersebut akan mendapat dosa dan siksa. Maka bila dalam merayakan Valentine Day tersebut bermaksud untuk mengenang kembali St Valentine atau seseorang yang sudah mengetahui asal usul Valentine Day dan ia juga sudah mengetahui hukum pengharamannya dalam Islam namun ia tetap saja ikut dalam perayaan tersebut maka tidak diragukan lagi bahwa orang itu telah kafir (mutad). Dan jika tidak bermaksud demikian, ia tidak mengetahui asal usulnya dan juga ia tidak mengetahui pengharaman atas memperingatinya, hanya sekedar ikut-ikutan kepada orang lain maka orang itu telah melaksanakan suatu dosa besar.
Banyak orang yang tidak mengerti agama Islam yang lurus ini dan orang-orang yang menuruti hawa nafsunya, terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari dampak buruk dari perbuatan tersbeut. Maka menjadi kewajiban seorang muslim untuk melaksanakan al- wala’ wal bara’ (loyalitas sesama muslimin dan berlepas diri dari orang-orang kafir) yang merupakan prinsip dari ‘aqidah Islam. Seorang muslim harus mencintai kepada sesama muslim dan menolong keperluannya dan bekerjasama dalam rangka keta’atan kepada Allah Swt, dan seorang muslim hharus berlepas diri dari orang-orang kafir dan membenci orang-orang kafir disebabkan kekafirannya kepada Allah Swt. Seorang muslim harus membedakan diri dari orang-orang kafir dan ahli maksiat. Dan seorang Muslim tidak boleh menyerupai mereka.
Dan diantara dampak buruk jika seorang muslim menyerupai orang-orang kafir adalah secara tidak langsung ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam, maka dengan kita mempopulerkan ritual dan kebiasaan dan gaya hidup mereka maka semakin asing dan semakin jarang gaya hidup dan akhlaq-akhlaq Islami.
Dampak buruk lain dari menyerupai kebiasaan orang-orang kafir adalah : dengan banyaknya orang Islam yang mengikuti kebiasaan dan gaya hidup mereka maka berarti telah memperbanyak jumlah mereka. Dan secara tidak langsung orang Islam tersebut tidak sadar telah menjadi golongan orang-orang kafir tersbeut (dalam perbuatannya). Padahal setiap hari mereka berdoa dalam shalat yang dibaca dalam Q.S Al-Fatihah :          “ Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu jalannya orang-orang yang telah engkau beri nikmat) dan bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai (orang Yahudi) dan juga bukan jalan-jalan orang yang sesat (orang-orang Nasrani) ”.
Bagaimana mereka berdoa agar diberi petunjuk untuk mengikuti jalan orang-orang mukmin dan dijauhkan dari jalan orang-orang Yahudi dan Nasrani namun ia sendiri yang menempuh jalan sesat tersebut dengan suka rela. Dan diantara dampak lainnya akibat mengekornya seorang muslim terhadap gaya hidup orang-orang kafir adalah membuat mereka senang dan melahirkan kecintaan hati dan keterikatan hati kepada mereka.


والله تعالى اعلم       


[1]  Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya Al-Banjariy Al-Jawiy pada halaqah Mahasiswa PAI Semester V Univa Medan pada tanggal 12 Shafar 1435 H bertepatan tanggal  13 Februari  2014 di Masjid Nurul Hidayah  Jl Garu II A. Makalah ini ditulis dari kitab :
-          Tahdzir min al-Bid’ah oleh asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.
-          Fatwa Lajnah Daimah oleh Mufthi Saudi Arabia.
-          Iqtidha’ as-Sirath al-Mustaqim oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyah al-Harani.
-          Remaja Korban Mode oleh Abu al-Ghifari.

NB : Jika Ada Yang Kurang Jelas dapat di Tanyakan di Nomor 083198940194

Tidak ada komentar:

Posting Komentar