Kamis, 15 Mei 2014

PENUNDAAN TERKABULNYA DOA



PENUNDAAN TERKABULNYA DOA[1]
           
            Al-Imam Ibnu ath-Thaillah telah berkata :
لايكن تاخر امد العطاء مع الأ لحاج في الدعاء موجبا ليأسك فهو ضمن لك الأجابة فيما يختاره لك لافيما تختار لنفسك وفي الوقت الذى يريد لافي الوقت الذى تريد
            Artinya : “ belum terkabulnya doa mu, setelah berusaha berulang-ulang berdoa penuh harapan, jangan sampai berputus asa, karena belum terkabulnya doa kita. Sebab Allah Ta’ala telah memberikan jaminan diterimanya doa setiap hamba Allah, menurut pilhan dan ketentuan Allah sendiri, bukan atas pilihan dan kemauan kita, atau menurut waktu yang dikehendaki oleh kita, akan tetapi Allah Ta’ala telah menetapkan kapan dan di saat apa doa seorang diterima oleh-Nya “.
            Berdoa kepada Allah Ta’ala tidak cukup hanya sekali, tetapi harus berkali-kali. Kita boleh saja merajuk dalam doa, boleh berkeluh kesah kepada Allah atas derita-derita kita, boleh pula menyampaikan rasa senang dan gembira dnegan penuh syukur atas semua yang telah dikabulkan Allah Ta’ala.
            Syarat diterimanya doa adalah apabila dilaksanakan dengan penuh harapan dan tidak berputus asa. Karena jelas tidak semua permohonan yang disampaikan kepada Allah Ta’ala itu langsung dikabulkan. Tidak cepatnya suatu doa itu dikabulkan oleh Allah Ta’ala bukan berarti Allah menolak doa hamba-Nya. Karena Allah sendiri telah memberikan jaminan bahwasanya setiap doa akan diterima. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S al-Baqarah :

ادعوني أستجب لكم

Artinya : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Ghafir: 60).
Allah Ta’ala adalah Rab  yang Maha Mengetahui akan kondisi hamba-hambaNya, kapan dan bila mana Allah mengabulka doa si hamba. Namun terkabul-Nya doa tidaklah terikat dengan kemauan si hamba akan tetapi terikat dengan kehendak dan rencana Allah SWT.


Dari Jabir r.a , bahwasanya Nabi Muhammad saw bersabda :
Artinya : “ Tiada seorang hamba yang meminta dnegan suatu permohonan, melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta, jika ia menahan diri dari perbuatan maksiat, Allah Ta’ala akan menyelamatkannya dari bahaya, atau diampuni dosa-dosanya. Selama seorang hamba tidak berdoa kepada perbuatan yang mendekatkan diri kepada dosa, atau berdoa agar terputus dari persaudaraan dengan karib kerabatnya “.
Syarat diterimanya doa :
1.      Berdoa dengan sepenuh hati dan bersifat tulus.
2.      Bersih dari dosa-dosa yang menghambat lancarnya doa
3.      Memulai doa dengan hamdalah dan di tutup dengan membaca kalimat “ Subhana Rabbika Rabbil Izzati amma Yasifun....dst.
4.      Penuh harap agar doanya dikabulkan oleh Allah Ta’ala.
5.      Tidak tergesa-gesa mengucapkan kalimat doa
6.      Menanti dengan sabar, sehingga Allah mengabulkan doanya.

Kapan doa seorang hamba dikabulkan oleh Allah Ta’ala? Suatu doa yang telah di panjatkan kepada Allah SWT dengan jaminan bahwasanya setiap doa hamba yang mukmin pasti akan diterima oleh Allah Ta’ala, setiap doa yang dipanjatkan akan dikabulkan oleh Allah SWT dalam waktu yang telah ditetapkan, atau Allah menunda mengabulkan doa seorang hamba, akan tetapi diperkenankan (dikabulkan) di waktu lain. Apabila doa seorang hamba belum dikabulkan dimasa hidupnya, maka doa itu akan dipetik hasilnya di alam akhirat atau menjadi sebab diampuninya dosa-dosa seorang hamba.
Berdoalah karena doa adalah perisai yang memberi dorongan bagi seorang hamba, disaat ia sangat memerlukan pertolongan Allah Ta’ala. Kebutuhan manusia kepada Allah dan merasa kekurangan dan keterbatasan dirinya, akan menempatkan doa sebagai suatu yang benar – benar sangat bernilai bagi manusia.
Al-Imam Ibnu ath-Thaillah mengatakan :
لايشككنك في الوعد عدم وقوع الموعود وان تعين زمنه لئلا يكون ذلك قدحا في بصيرتك واخمادا لنور سريرتك
            Artinya : “ janganlah menjadikan seseorang ragu terhadap janji Allah, sebab sebelum terpenuhinya janji tersebut, walaupun pada saat yang sangat diperlukan. Karena meragukan janji Allah, akan menjadi sebab si hamba menjadi redup imannya dna penglihatan mata hatinya, dan memadamkan cahaya jiwanya “.
            Apa yag telah dijanjikan Allah kepada manusia tidak perlu diragukan. Karena hati yang ragu akan membawa akibat rusaknya iman dan lenyapnya sinar Allah dari hati kita. Oleh sebab itu, hendaklah seorang mukmin meyakini dengan sepenuh hati, bahwa yang telah dijanjikan Allah pasti akan di kabulkan.
            Allah SWT adalah al-Khaliq yang Maha Kuasa, serta mengetahui kapan permintaan seorang hamba harus dipenuhi. Seorang hamba yang berhadapan dengan janji Allah wajib bersikap tenang dan istiqamah. Artinya tidak selalu bimbang dan ragu, karena perasaan seperti ini menunjukkan kelemahan iman.

Inilah 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa:
  1. Pada hari Arafah - Hari Arafah merupakan hari dimana semua jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah. Pada hari Arafah, semua jama'ah disarankan berdoa sebanyak-banyaknya, takterkecuali jama'ah yang tengah berhaji ataupun jamaah yang tidak tengah menunaikan ibadah haji. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
    “Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi).
  2. Bulan Ramadhan, Pada shalat taraweh, setelah melaksanakan witir, dianjurkan untuk berdoa dengan mengucapkan, lafadz, "Subhanalmalikilquddus" sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ubay bin Ka’ab. Serta dianjurkan pula untuk mengucapkan kalimat itu sebanyak tiga kali sebagaimana disebutkan didalam riwayat an Nasai.
  3. Hari Jum’at - Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ذكر يوم الجمعة ، فقال : فيه ساعة ، لا يوافقها عبد مسلم ، وهو قائم يصلي ، يسأل الله تعالى شيئا ، إلا أعطاه إياه . وأشار بيده يقللها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menuturkan perihal hari Jumat lalu beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)
  1. Saat sahur, Sebaiknya, setiap muslim/muslimah membiasakan berdoa setelah witir sebelum fajar, pasalnya pada waktu sahur tersebut merupakan amal yang paling utama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Swt. Salah satu doa yang bias dilafalkan oleh setiap musmlim adalah doa berikut.
أَصْـبَحْنا وَأَصْـبَحَ المُـلْكُ لله وَالحَمدُ لله ، لا إلهَ إلاّ اللّهُ وَحدَهُ لا شَريكَ لهُ، لهُ المُـلكُ ولهُ الحَمْـد، وهُوَ على كلّ شَيءٍ قدير ، رَبِّ أسْـأَلُـكَ خَـيرَ ما في هـذا اليوم وَخَـيرَ ما بَعْـدَه ، وَأَعـوذُ بِكَ مِنْ شَـرِّ هـذا اليوم وَشَرِّ ما بَعْـدَه، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنَ الْكَسَـلِ وَسـوءِ الْكِـبَر ، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنْ عَـذابٍ في النّـارِ وَعَـذابٍ في القَـبْر.
  1. Di antara adzan dan iqamat, Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa, Rasulullah Saw. bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا
“Sesungguhnya do’a yang tidak tertolak adalah do’a antara adzan dan iqomah, maka berdo’alah (kala itu).” (HR. Ahmad)
  1. Ba'da (setelah) shalat, Dari Abu Umamah, dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanya; wahai Rasulullah, doa apakah yang paling di dengar? Beliau berkata: "Doa di tengah malam terakhir, serta setelah shalat-shalat wajib." (HR. at-Tirmidzi)
  2. Saat turun hujan, Dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, diriwayatkan
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ : اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
"Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila melihat hujan, beliau berdoa: ALLAHUMMA SHAYYIBAN NAAFI'A (Ya Allah, -jadikan hujan ini- hujan yang membawa manfaat atau kebaikan." (HR. Bukhari)
  1. Saat dalam jalannya Allah (fii sabilillah). Dalam sirah nabawiyah, di saat perang Uhud, Nabi Muhammad Saw. pernah berdoa. Dalam doanya beliau sangat detil memohon kepada Allah Swt. Berikut doa Nabi Muhammad saat melawan musuh dalam perang Uhud.
اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنْ الرَّاشِدِينَ اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ
Saat ini, insya allah di Indonesia kondisinya aman dan tenteram sehingga takperlu jihad fii sabilillah angkat senjata, tetapi yang perlu dilakukan adalah berperang melawan hawa nafsu.
  1. Setelah khatam Alqur’an,
  2. Di saat sujud,
  3. Ketika berbuka puasa,
  4. Pada 1/3 malam yang akhir. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah Tabaraka wataa'la turun ke langit dunia pada setiap malam, yaitu pada 1/3 malam terakhir seraya berfirman, 'Siapa yang berdo'a kepadaKu niscaya akan Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu niscaya akan Aku berikan dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni.'" (HR. Bukhari dan Muslim).
PEMBAHASAN al-ATHA’ wal MANA’
قال الامام ابن عطاءالله : مت كنت اذا اعطيت العطاء , واذا منعت قبضك المنع , فاستدل بذلك على تبوت طفوليتك وعدم صدقك في عبوديتك
            Artinya : “ ketika diberi suatu pemberian engkau merasa gembira, namun ketika tidak diberi engkau mersa sedih, maka hal itu menunjukkan adanya sifat kekanak-kanakanmu dan ketidak jujuranmu dalam pengabdianmu “
            Asy-Syaikh Ibnu ‘Abbad menjelaskan : sedih ketika tidak diberi dan gembira ketika diberi, kemudian engkau merasa senang ketika dipuji dan merasa sedih ketika dicela itu merupakan tanda ketidak jujuranmu dalam pengabdianmu kepada Allah Ta’ala, dan adanya sifat tufaili (kekanak –kanakan pada dirimu).
            Ketika kita berdoa , ketika kita mempunyai suatu keinginan, dan ketika kita mempunyai kebutuhan, namun doa kita, keinginan kita, kebutuhan kita tidak diberikan Allah Ta’ala dan kita merasa sedih karenanya itu tanda bahwa kita tidak tulus dalam mengabdi kepada Allah Ta’ala. Seharusnya diberi atau tidak diberi sama saja sikap kita, sama-sama bersyukur.
            Namun nyatanya pada diri kita disaat kita diberi kita senang, disaat tidak diberi kita bersedih itu berarti tidak tulus dan tidak sungguh-sungguh dalam mengabdi kepada Allah Ta’ala. Dan adanya sifat tufaili (kekanak-kanakan pada dirimu). Begitu juga disaat dipuji ia merasa senang dan disaat dicela ia merasa sedih.
            Orang yang ketika dipuji ia merasa hebat, bangga, dan lain sebagainya, dan ketika dicela, dihina, dimaki ia merasa sedih, itu merupakan suatu sifat dari anak-anak.
            Kata ath-thufaili yang dimaksud adalah orang yang mendatangi pesta jamuan, kemudian masuk bersama para undangan, padahal ia sendiri tidak diundang. Biasanya kalau kita dipuji pasti kita senang, bangga merasa hebat, padahal tidak pantas kita mendapat pujian itu, jadi diumpakan orang yang seperti itu seperti tufaili  (anak kecil).
Sikap yang benar adalah : dipuji kita suka, dan dihina kita juga suka, karena mereka memandang tidak bergerak lidah orang yang memuji kalau tidak digerakkan Allah ta’ala, dan tidak bergerak lidah orang yang menghina, kalau tidak digerakkan Allah Ta’ala, pada hakikatnya jika ada orang yang memuji, hakikatnya Allahlah yang memuji, dan jika ada orang yang menghina, hhakikatnya adalah Allah yang menghina kan kita. Maka jangan senang dipuji dan jangan sedih ketika dicaci.

Bahas isti’jal fiddu’a

Jika dipuji :
-         Celalah diri kita, karena tidak sesuai dengan diri kita dengan apa yang dipuji itu
-         Malu kepada Allah ta’ala, karena ketika dipuji, tidak ada pujian itu pada diri kita.
-         Banyak- banyak bersyukur dan memuji Allah Ta’ala karena Allah menutup aib kita.
-         Tidak bersedih ketika dicaci dan tidak gembira ketika di puji.

Dengan adanya pemberian, Allah menunjukkan sifat Maha belas kasih, Maha dermawan, Maha baik, Maha lembut dan Maha Halus. Namun jika Allah Ta’ala tidak memberi, berarti Allah menunjukkan sifat Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha Besar, Maha Agung, lantas kalau kita tidak diberi kita mau apa? Mau protes??




والله اعلم










[1]Makalah ini disampaikan oleh al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya al-Jawiy pada Majlis Ta’lim Miftahu al-Khair Halaqah Mahasiswa PAI UNIVA Medan pada tanggal 25 Jumadil Akhir 1435 H bertepatan tanggal 26 April 2014 di Masjid Nurul Hidayah Jl Garu II A

PERKARA YANG MEMBATALKAN WUDHU



PERKARA-PERKARA
YANG MEMBATALKAN WUDHU’[1]

            Disebutkan didalam kitab Minhaju at-Thalibin :
هي اربعة : احدهما : خروج شئ من قبله اودبره الا المني ....الخ . الثاني : زوال العقل الا نوم ممكن مقعدة. الثالث : التقاء بشرتي الرجل ....الخ .   الر ابع : مس قبل الآدمي ببطن الكف ....الخ.
            Artinya : “ perkara yang membatalkan wudhu ada empat, pertama : keluar sesuatu dari Qubul dan Duburnya kecuali mani’, jikalau tersumbat keluarnya dan terbuka dibawah perutnya maka keluar yang bebas membatalkan wudhu’, dan demikian yang sesuatu yang jarang keluar seperti cacing juga membatalkan wudhu menurut qaul azhar. Kedua : hilang akal kecuali tidur yang menetap tempat duduknya. Ketiga : bertemu dua kulit laki-laki perempuan kecuali mahramnya menurut qaul azhar. Yang disentuh sama seperti yang menyentuh kecuali rambut gigi dan kuku, dan tidak batal menyentuh anak perempuan yang belum baligh menurut pendapat yang ashah. Ke-empat : menyentuh Qubul manusia dengan telapak tangan, hal ini menurut qaul jadid “.
            Penjelasan : perkara-perkara yang membatalkan wudhu’ ada empat :
1.      “keluar sesuatu dari Qubul dan Duburnya kecuali mani’”. Maka segala sesuatu yang keluar dari dua jalan tersebut seperti kencing, buang air besar, buang angin keluar madzi ,dan wadhi’ adalah sesuatu yang membatalkan wudhu’. Akan tetapi jikalau yang keluar adalah sperma atau mani (milik sendiri) itu tidaklah membatalkan wudhu’. namun jikalau mani’ (sperma) yang keluar dari kemaluan istri setelah melakukan jima’ maka itu membatalkan wudhu’. Begitu juga apa bila yang keluar adalah ulat, batu kecil, darah dan nanah maka hal itu juga dapat membatalkan wudhu’.
-         Mani : ada pada laki-laki dan perempuan. Ciri-cirinya adalah ketika keluar terasa lezat (nikmat), keluarnya dengan memancar, dan baunya seperti putih telur.
-         Madzi : ada pada laki-laki dan perempuan. Ciri-cirinya adalah cairah yang tidak terlalu kental berwarna putih atau kekuning-kuningan yang keluar sewaktu nafsu sex sedang bergejolak, biasa timbul dengan sebab membaca , melihat atau menontot sesuatu yang berbau pornografi, atau ketika sedang bermesraan dengan lawan jenis.
-         Wadhi : ada pada laki-laki dan perempuan. Ciri-cirinya adalah air yang berwarna putih, dan kental yang biasanya keluar setelah buang air kecil, atau diwaktu membawa beban yang sangat berat.
2.      “ Hilang akal kecuali tidur yang menetap tempat duduknya “. Apabila sesorang hilang kesadarannya karena gila, pingsan, mabuk, atau tidur kecuali tidur dalam posisi duduk sambil menetapkan bokong ditempat duduk dilakukan dengan bersandar pada benda yang andai kata benda itu tidak ada , dia akan jatuh. Alasanya, posisi seperti itu dapat membuat orang yang melakukannya terhindar dari keluarnya sesuatu dari Qubur ataupun Qubulnya. Maka orang yang tertidur dengan posisi yang tidak tetap (telentang atau terlungkup) batal wudhunya.
Hilang akal dengan sebab penyakit, gila, mabuk dan lain-lain batal wudhunya. Akal menurut syara’ adalah sifat (keadaan semula jadi manusia/insting), akal itu terbagi dua :
-         Wahbi        : taklif syara’ (tuntutan syariat) yang diketahui dengan akal.
-         Kasbi          : sesuatu yang diusahakan manusia dari cobaan (perbuatan) manusia, sesungguhnya dinamakan akal karena mampu mencegah manusia dari perbuatan yang keji.
Mengenai dimana letak akal terjadi perbedaan pendapat dikalangan Ulama’ . ada yang berpendapat bahwa akal itu letaknya dihati, ada yang berpendapat bahwa akal itu letaknya di kepala. Pendapat yang paling shahih adalah bahwa akal itu terletak di hati, karena dihati itulah letaknya ilmu.
Mengenai apakah akal itu lebih mulia dari ilmu? Juga terjadi perbedaan pendapat Ulama’. Menurut asy-Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami akal lebih mulia dari ilmu, karena bahwasanya akal adalah tempat terbitnya ilmu. Sedangkan menurut asy-Syaikh Ramly bahwa ilmu itu lebih mulia dari akal, karena ilmu sebagai penyayom (pembimbing) bagi akal, namun dalam hal ini pendapat yang shahih (dimenangkan) adalah pendapat asy-Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami.
3.      “Bertemu dua kulit laki-laki perempuan kecuali mahramnya menurut qaul azhar. Yang disentuh sama seperti yang menyentuh kecuali rambut gigi dan kuku, dan tidak batal menyentuh anak perempuan yang belum baligh menurut pendapat yang ashah”. Maka bersentuhan laki-laki dengan perempuan ajnabiyah (yang bukan mahram) batal wudhunya, akan tetapi kalau yag disentuh itu adalah rambut, gigi dan kukunya tidaklah membatalkan wudhu. Kemudian yang disentuh dan yang menyentuh sama-sama batal wudhunya, akan tetapi kalau yang disnetuh itu adalah mayat , maka orang yang menyentuh itu yang batal wudhunya. Jika yang disentuh adalah anak-anak yang belum baligh tidaklah membatalkan wudhu.
4.      “ Menyentuh Qubul manusia dengan telapak tangan “. Menyentuh kemaluan dan daerah seputar anus manusia dengan menggunakan telapak tangan bagian dalam, baik yang disentuh itu kemaluan sendiri maupun kemaluan orang lain, orang mati maupun anak kecil, dan juga kemaluan hewan, baik dalam keadaan lupa maupun sengaja, dan meskipun tangan orang yang menyentuhnya lumpuh.

Hanya Ke-empat perkara ini sajalah yang dapat membatalkan wudhu, selain dari keempat perkara ini tidaklah membatalkan wudhu.


PENYEBAB KUATNYA HAFALAN (INGATAN)

بسم الله الرحمن الرحيم . الحمد لله رب العلمين , اللهم على سيدنا محمد , وعلى اله سيدنا محمد

Didalam kitab Durratu an-Nashihin terdapat keterangan sebagai berikut :

من اراد أن يحفظ العلم فعليه ان يلازم خمس خصال : الأولى صلاة الليل ولوركعتين , والثانية دوام الوضوء , ولثالثة التقوى في السر والعلانية , والرابعة ان يأكل للتقوى لاللشهوات , والخامسة السواك

Artinya : “ Barangsiapa yang ingin menghafal ilmu, maka ia mesti melakukan lima perkara : pertama , shalat malam (Tahajjud) walaupun hanya dua raka’at, kedua terus menerus punya wudhu’ (menjaga wudhu’),ketiga bertaqwa kepada Allah, baik ditempat sepi maupun ditempat yang ramai. Ke-empat, makan untuk meningkatkan ketaqwaan, bukan karena mengikuti hawa nafsu. Kelima, rajin bersiwak “. (Kitab Durratu an-Nashihin halaman 15).




Dan didalam kitab Ta’limul Muta’allim terdapat keterangan sebagai berikut :

وأقوى أسباب الحفظ : الجد والماظبة وتقليل الغذاء وصلاة الليل , وقراءة القرآن من اسباب الحفظ , قيل : ليس شيء أزيد للحفظ من قراءة القرآن نظرا .

Artinya : “ dan adapun sebab-sebab yang paling utama untuk kuat hafalan ialah bersungguh-sungguh, ulet, tidak banyak makan, dan shalat malam. Adapun membaca al-Qur’an, termasuk penyebab kuat hafalan. Ada Ulama’ yang berkata : tidak ada sesuatupun yang lebih menambah kuatnya hafalan dari pada membaca al-Qur’an sambil melihat al-Qur’an “. (Kitab Ta’limul Muta’allim, halaman 54).
                            
          Dari penjelasan diatas dapat dipetik kesimpulan bahwa jika seseorang ingin kuat hafalan, maka ia harus melakukan hal-hal berikut ini :
1.      Rajin shalat tahajjud, sekalipun hanya dua raka’at. Setelah shalat tahajjud lalu berdo’a, memohon kepada Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang supaya dikuatkan hafalan.
2.      Terus – menerus punya wudhu’. Kalau batal segera berwudhu’ lagi.
3.      Apabila makan hendaklah diniatkan untuk lebih semangat dalam beribadah, bukan karena dorongan hawa nafsu semata.
4.      Rajin bersiwak (membersihkan/menggosok gigi).
5.      Serius dan ulet dalam menghafal, tidak cepat jemu.
6.      Jangan terlalu banyak makan, bahkan lebih baik lagi kalau sering berpuasa, terutama hari senin dan kamis.
7.      Rajin membaca al-Qur’an sambil melihat al-Qur’an.
8.      Selalu bertaqwa kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, baik ditempat ramai maupun ditempat sunyi.

Imam Syafi’i dalam salah satu gubahannya pernah berkata :
“ saya telah mengadukan kepada imam Waki’, tentang buruknya hafalanku. Lalu beliau memberi nasihat kepada ku agar meninggalkan segala macam maksiat, karena bahwasanya hafal ilmu itu adalah karunia Allah, dan karunia Allah itu tidak akan dihadiahkan kepada orang-orang yang berbuat maksiat “.

           Menurut ahli psikologi :  “ Orang yang menghafal suatu ilmu harus berada dalam kondisi badan yang sehat sempurna sehingga saraf-saraf yang berada di otak dalam keadaan baik dan kuat “.

           Dan yang tidak kalah penting untuk diperhatikan agar hafalan itu benar-benar kuat dan lengket diotak ialah sering mengulang-ngulang menghafalnya.
           Ada pepatah dalam bahasa Arab yang mengatakan :

التكرار يفيد القرار

  Artinya : “ mengulang-ulang itu dapat menjadikan kuat hafalan “.


والله تعالى اعلم
                                                          



[1] Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya Al-Banjariy Al-Jawiy pada Majlis Ta’lim Miftahu al-Khair halaqah Mahasiswa PAI  Univa Medan pada tanggal 13 Jumadil Awwal 1435 H bertepatan tanggal  15 Maret  2014 di Masjid Nurul Hidayah  Jl Garu II A. Makalah ini disusun dari kitab :
-         Minhaju at-Thalibin oleh al-Imam Abi Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi ad-Dimasyqi
-         Tuhfatu al-Muhtaj bi Syarhi Minhaj oleh asy-Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami
-         Hasyiah al-Bajuri oleh al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad asy-Syafi’i al-Baijuri
-         Al-Fiqhu asy-Syafi’i al-Muyassar oleh asy-Syaikh Wahbah az-Zuhaily