Minggu, 16 Februari 2014

Ancaman Bagi Orang Yang Memutuskan Hubungan Silaturrahim


ANCAMAN BAGI ORANG YANG
 MEMUTUSKAN HUBUNGAN SILATURRAHIM[1]

            Seorang sahabat Nabi bertanya kepada Nabi SAW, ya Rasulullah , terangkanlah kepadaku pekerjaan yang dapat mengantar kan aku kesurga dan yang menyelamatkan aku dari siksa kubur, Rasulullah SAW menjawab :

أن تعبد الله ولا تشرك به شيئا و تقيم الصلا ة و تؤ تى الز كا ة و تصل الر حم
          Artinya : “ ada empat perkara yaitu : kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan Nya, melakukan shalat 5 x sehari semalam, mengeluarkan zakat (fitrah dan harta), silaturrahim (menyambung tali persaudaraan atau family).
Dalam Hadits yang lain diceritakan bahwa, Rasulullah saat itu sedang duduk-duduk bersama para sahabat, kemudian Rasulullah SAW bersabda : “ orang yang memutuskan hubungan silaturrahim jangan duduk bersama kami “. Kemudian salah seorang berdiri kemudian pergi, tidak berapa lama ia kembali lagi duduk-duduk bersama Rasulullah, dan Rasulullah SAW bertanya kepadanya, kenapa kamu berdiri? Jawab : ya Rasulullah ketika engkau bersabda, aku cepat – cepat pergi kerumah bibiku yang memutuskan hubungannya denganku, lalu : kenapa engkau datang kembali kata bibiku, aku menjawab : aku kemari ingin memberitahukan sabdamu tadi, lalu ia beristighfar untukku dan juga beristighfar untuknya, lalu Rasulullah menyuruh sahabt tersebut kembali duduk seraya bersabda : “ bagus apa yang kamu lakukan, karena Allah tidak akan menurunkan rahmatNya kepada suatu golongan yang memutuskan hubungan silaturrahim.
            Al-Imam Abu Laits Samarqandi berkata : “ memutuskan hubungan persaudaraan (silaturrahim) adalah dosa besar, rahmat tertolak baginya, dan teman-teman akan membencinya. Oleh sebab itu setiap muslim wajib bertaubat dari hal tersebut, istighfar secepatnya, memperbaiki hubungan dengannya, agar memperoleh rahmat Allah dan terhindar dari api neraka.
            Rasulullah SAW bersabda : “Amal yang paling cepat pahalanya adalah silaturrahim, dan dosa yang disegerakan akitabnya adalah memutuskan hubungan silaturrahim dan penganiyayaan”
            Dari Amr bin Syu’aib : seseorang dating dan bertanya kepada Nabi SAW, familiki tetap bersikeras memutuskan hubungan silaturrahim kepada ku, sekalipun telah ku coba menyambungnya kembali, aku berlaku baik kepadanya, akan tetapi mereka menganiayaku, aku membantu, akan tetapi mereka bersikap jahat kepadaku, apakah aku boleh membalas perbuatan mereka? Nabi SAW menjawab : jangan, karena jika engkau membalas mereka , berarti engkau sama dengan mereka, bahkan hendaklah engkau cari jalan yang lebih baik dan tetap menyambung silaturrahim dengan mereka, maka bantuan Allah akan selalu menyertaimu sepanjang engkau berbuat demikian.
            Tiga perkara, diantara akhlaq para penghuni syurga : “ berlaku baik terhadap orang yang jahat kepadamu, memaafkan orang yang menganiayamu, pemurah terhadap orang yang kikir kepadamu.
            Allah SWT berfirman :

Artinya : “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)”. (Q.S Ar-Rad 39).

Dalam menafsirkan ayat ini Al-Imam Abu Laits Samarqandi berkata : “ terkadang bisa terjadi, orang yang menyambungkan silaturrahim umurnya tinggal 3 hari, kemudian Allah menambahnya 30 tahun, demikian juga sebaliknya, terkadang bisa terjadi seseorang umurnya 30 tahun lagi, akrena memutuskan silaturrahim, maka dikurangi hingga tiga hari lagi.
Rasulullah SAW bersabda : “ tiada mungkin takdir tertolak , kecuali dengan doa, dan tiada mungkin umur bertambah, kecuali dengan kebaikan dan ta’at dan terkadang rezeki seseorang akan tertunda krena maksiat “.
Kemudian Al-Imam Abu Laits Samarqandi berkata : “ ada dua macam pengertian mengenai bertambahnya umur : yaitu , bertambah kebaikannya, bertambah umurnya (benar-benar bertambah umurnya).
Said dari Qatadah, bersabda Nabi SAW : “ bertaqwalah kepada Allah, dan sambungkanlah hubungan silaturrahim, pasti engkau akan memperoleh kebaikan didunia dan lebih-lebih diakhirat kelak”.

Rasulullah SAW bersabda : “ tidak boleh (haram) bagi seseorang muslim mendendam (tidak menegur) sesama muslim, lebih dari tiga hari, hingga ketika berpapasan saling memalingkan mukannya. Sedangkan orang yang mendahului mengucapkan salam diantara keduanya adalah sangat terpuji (yang terbaik)”.
Rasulullah SAW bersabda :   janganlah kalian saling mendendam (tidak menyapa), dan jika terpaksa berbuat demikian, maka jangan melebihi tiga hari, dan jika keduanya atau salah satu diantara keduanya mati masih dalam keadaan mendendam (saling tidak menegur), maka ia tidak akan bisa masuk kedalam surga)”.
Dari Abu Hurairah r.a , Nabi SAW bersabda : “ setiap hari senin dan kamis pintu syurga dibuka, lalu setiap orang yang tidak melakukan dosa syirik diampuni dosanya, kecuali yang tetap berselisih dengan saudara (sesama muslim), diserukan : tunggulah, hingga keduanya damai, dan ketika amal mereka (yang tetap berselisih) dinaikkan, maka ditolak”.

Dari Anas r.a, Nabi SAW bersabda : Ada lima orang yang shalatnya tidak diterima, yaitu:
1.      Seorang istri yang membuat suaminya marah.
2.      Hamba sahaya yang melarikan diri dari tuannya (majikannya).
3.      Orang yang mendiami sesama saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari
4.      Orang yang selalu meminum minuman keras
5.      Seorang pemimpin yang dibenci masyarakatnya (imam yang tidak disenangi jama’ahnya).

Keuntungan bersilaturrahim ada 10 perkara, diantaranya :
1.      Memperoleh ridha Allah, karena Allah yang memerintahkan untuk menyambungkan hubungan silaturrahim.
2.      Membuat saudara sesame muslim gembira
3.      Mendapatkan kecintaan dari para Malaikat, karena Malaikat senang bersilaturrahim.
4.      Pujian kaum muslimin kepadanya (orang-orang akan senang berteman dengannya).
5.      Membuat iblis yang terkutuk menjadi marah.
6.      Memanjangkan usia
7.      Menambah barakah (cukup) rezekinya.
8.      Membuat senang yang telah matikarena ayah dan neneknya yang telah mati senang jika anak dan cucunya bersilaturrahim
9.      Memupuk rasa kasih saying diantara keluarga atau family dan diantara saudara sesama muslim sehingga timbul semangat saling membantu ketika ada keperluan.
10.  Menambah pahala sesuadah matinya,karena akan selalu dikenang dan didoakan karena kebaikannya.
Ada tiga macam manusia yang dilindungi Allah kelak dihari kiamat, yaitu pertama, orang yang menyambung ikatan silaturrahim , dipanjangkan usiannya dan dilapangkan kuburnya juga rezekinya. Kedua wanita yang ditinggal mati suaminya dan anak yatim yang ditinggalnya ia pelihara dengan baik, sampai Allah mencukupi mereka (mati), ketiga , orang yang suka mengundang anak yatim dan fakir miskin untuk makan bersama.
Rasulullah SAW bersabda : “ada dua macam langkah manusia yang disenangi Allah, pertama, langkah melakukan shalat, kedua, langkah bersilaturrahim kepada keluarga atau saudara sesame muslim”.
Ada lima perkara : “ ada lima perkara barangsiapa mengamalkannya maka akan bertambah-tambah kebaikannya seperti gunung besar, dan dilapangkan rezekinya, yaitu 1) selalu bersedekah (sedikit atau banyak),2) menyambung hubungan silaturrahim, 3) tetap berusaha menegakkan islam dengan manhaj Ahlussunnah Wal-Jama’ah, 4) menjaga wudhu, 5) tetap berbakti kepada kedua orang tuanya.
Nabi SAW bersabda : “ suatu amal yang sangat utama melebihi puasa, shalat dan sedekah, ialah mendamaikan orang-orang yang tengah berselisih, ketika mereka saling memutuskan hubungan silaturrahim “.
Kata seorang sahabat : “ orang yang tidak mampu melakukan 8 perkara, maka lakukanlah 8 perkara lainnya yang setimpal pahalanya yaitu :
1.      Jika tidak mampu bangun malam (tahajjud) karena dikalahkan oleh tidur, maka disiang harinya jangan berbuat maksiat.
2.      Jika tidka berpuasa sunnah, maka peliharalah lisannya dari perkataan jorok, keji dan yang menyakitkan hati orang.
3.      Jika tidak mampu berlaku seperti Ulama’, maka hendaklah senang berfikir dan berkumpul serta ta’lim dengan mereka
4.      Jika tidak sanggup berperang sabil, maka hendaklah berperang melawan setan
5.      Jika tidak mampu bersedekah harta, maka hendaklah mengajarkan ilmu agamanya kepada orang lain.
6.      Jika tidak mampu melaksanakan ibadah haji, maka hendaklah aktif melakukan shalat jum’at secara rutin atau kontiniyu.
7.      Jika tidak melakukan ibadah maka hendaklah mendamaikan orang yang berselisih diantara mereka.
8.      Jika mau memperoleh derajat wali abdal (dalam beribadah dan beramal), maka tekanlah dadanya dan berlegah hatilah kepada kawannya, kepada dirinya sendiri (rela).
Abu Hurairah r.a berkata : “ berjalanlah kalian sejauh satu mil untuk menjenguk orang sakit, dan berjalanlah dua mil untuk menyambungkan hubungan silaturrahim, dan berjalanlah sejauh tiga mil untuk mendamaikan orang yang berselisih”.
Anas bin Malik r.a berkata : “ orang yang mendamaikan diantara dua orang yang berselisih , maka Allah akan membalas setiap kalimat yang diucapkannya sebesar pahala memerdekakan budak “.
Kata Abu Bakkar Warraq : “ Allah mengutus Nabi Nya demi menyeru manusia kembali kepada Allah, dan menuntut mereka empat hal, yaitu : Hati, lidah, anggota badan dan akhlaq. Dan setiap satu darinya dituntut untuk melakukan dua hal yaitu :
1.      Hati dituntut untuk mengagungkan Allah dan aksih saying sesame makhlukNya
2.      Lidah (mulut) dituntut agar selalu berdzikir sepanjang hidupnya, dan bersikap ramah terhadap sesamanya
3.      Anggota badan dituntut agar beriubadah dan menolong sesamnya
4.      Akhlaq (budi) agar rela menerima hokum Allah, dan bergaul baik dengan sesamanya, serta sabar dalam emnghadapi penderitaan (akibat disakiti atau diganggu) orang.
Mendamaikan diantara mereka yang sedang berselisih adalah suatu cabang dari keNabian, dna sebaiknya yang menanam benih permusuhan atau memporak-porandakan persahabatn diantara sesame manusia adalah merupakan cabang kesyirikan.
Nabi SAW bersabda : “ orang yang paling utama disisi Allah (terbesar pahalanya) kelak dihari kiamat, ialah “ yang banyak memberikan manfaat kepada masyarakat. Dan yang paling dekat dengan Allah adalah orang-orang yang senang mendamaikan diantara sesame manusia (yang tengah bermusuhan , berselisih atau bersalah faham).

والله تعا لى أعلم




[1] Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya Al-Banjariy Al-Jawiy pada halaqah Mahasiswa PAI Semester V Univa Medan pada tanggal 30 Rabi’ul Awwal 1435 H bertepatan tanggal  1 Februari  2014 di Masjid Nurul Hidayah  Jl Garu II A. makalah ini ditulis dari kitab Tanbihu Al-Ghafilin oleh Al-Imam Al-Faqih Abu Laits Samarqandi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar