VALENTINE
DAY DALAM PANDANGAN
ISLAM[1]
A.
Sejarah Valentine
Valentine day atau hari kasih sayang
nampaknya sudah menjadi bagian hidup remaja modern. Tanggal 14 februari sebagai
hari Valentine day dianggap hari yang sakral untuk mengungkapkan rasa kasih
sayang sepenuh hati kepada orang-orang yang dicintai. Sebagai ungkapan kasih
sayang itu, berbagai atribut yang bergambar hati mulai dari gantungan kunci,
kartu ucapan valentine, kado, hingga kue-kue banyak dijual dipasaran.
Kenyataannya Valentine Day ini tidak
lebih dari hari pelacuran yang terselubung. Muda-mudi yang saling keranjingan
cinta saling mengungkapkan cinta, bermesraan, dan suka cita ditempat-tempat
romantis yang mereka siapkan. Dihari itulah sang pacar harus rela menerima
tanda cinta termasuk memberikan keperawanannya kepada kekasihnya demi kasih
sayang yang langgeng. Bahkan banyak remaja putri yang mengakui bahwa ia ingin
keperawanannya dinikmati oleh pacarnya di hari Valentine Day. Na’udzubillahi
mindzalik.
Valentine day sudah menyimpang dari
makna kasih sayang. Sebuah penyesatan bagi remaja modern, seolah kasih sayang
hanya tertumpa dalam satu hari tersebut. Apa lagi dilihat dari cara-cara remaja
merayakannya sangat jauh sekali dari aspek kemanusiaan.
Menelusuri asal mula Valentine Day
ini, umat Islam yang ikut merayakannya kembali terkecoh, karena ternyata
Valentine Day bukanlah dari Islam melainkan sebuah perayaan yang datang dari
agama Nasrani. Valentine Day merupakan sebuah perayaan untuk menghormati sang
tokoh yaitu St. Valentinus. Valentinus adalah seorang martyr (istilah
dalam Islam disebut Syuhada), yang karena pengorbanannya dalam
penyebaran agama Kristiani diberi gelar saint atau santo / santa, yang berarti
orang suci. St Valentinus sangat perduli kepada orang miskin dan menderita. Itulah
yang menyebabkannya mendapatkan simpati dari orang miskin. Ajaran kasih
sayangnya membuat orang-orang Romawi berbondong-bondong minta dibaptis.
Pada tanggal 14 februari 270 M,
Valentinus dipenggal kepalanya karena pertentangannya dengan raja Romawi yang
dipimpin Raja Cladius II (262 M). Untuk mengagungkan Valentinus yang menjadi
simbol ketabahan , keberanian, dan kepasrahan dalam menghadapi cobaan hidup,
para pengikutnya memperingati kematian St. Valentinus sebagai upacara
keagamaan.
Tetapi sejak abad ke – 16 upacara
keagamaan tersebut berangsur - angsur hilang dan berubah menjadi perayaan bukan
keagamaan. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan Kasih Sayang
bangsa romawi kuno yang disebut supercalis yang diperingati setiap tanggal 15
Februari. Setelah ajaran Kristen masuk Romawi, pesta Supercalis kemudian
dikaitkan dengan upacara kematian St Valentinus. Akhirnya hari kasih sayang
dimajukan sehari menjadi tanggal 14 februari.
B.
Valentine Day Dalam Pandangan Islam
Para Ulama’ dari semua kalangan
memfatwakan bahwa haram (tidak boleh) merayakan valentine Day, karena Valentine
Day itu merupakan perayaan ke-agamaan orang-orang Nasrani. Itu artinya adalah
Valentine Day bukan berasal dari ajaran Islam, bahkan perayaan Valentine Day
sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Valentine Day dapat menyebabkan hati
sibuk dengan perkara-perkara rendahan (hina), saling tukar hadiah, bermesraan
dengan seseorang yang mukan mahramnya, bahkan sampai jatuh kepada perzinahan.
Hendaknya seorang muslim merasa bangga dengan agama yang telah dipeluknya
(merasa bangga dengan ajaran Islam), dan tidak menjadi orang yang tidak
mempunyai pegangan dan hanya ikut-ikutan. Semoga Allah Swt melindungi kaum
muslimin dari segala fitnah (ujian hidup) yang tampak atau tersembunyi dan
semoga Allah Swt meliputi kita dengan bimbingannya.
Oleh karena Valentine Day tersebut
tidak ada dalam syariat Islam dan sama sekali tidak pernah dilakukan oleh
Rasulullah Saw dan orang-orang Mulia lagi bertaqwa dikalangan shahabat,
tabi’in, dan Ulama-Ulama setelah mereka, maka sangat disayangkan dan
menyedihkan jika sekarang kita banyak melihat saudara kita kaum muslimin dari
kalangan remaja khususnya, yang terkena penyakit suka mengekor dan ikut-ikutan
dan latah dengan kebiasaan dan budaya-budaya orang-orang kafir dari
negara-negara Barat dalam acara Valentine Day dan acara-acara lainnya. Allah
Swt Berfirman :
ولاتقف ما ليس
لك به علم ان السمع والبصر والفؤاد كل أولئك كان عنه مسئولا
Artinya : “ Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang tidak kamu ketahui tentangnya, sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawabannya “ (Q.S
al-Isra’ : 36 ).
Juga Allah berfirman dalam surah
al-Baqarah :
ولن ترضى عنك
اليهود ولاالنصرى حتى تتبع ملتهم قل ان هدى الله هو الهدى
Artinya : “ dan orang-orang
Yahudi dan Nasrani (kristen) tidak akan senang / ridha kepada kalian sampai
kalian mengikuti cara-cara hidup mereka. Katakanlah bahwa petunjuk itu hanya
petunjuk Allah (Islam) “ (Q.S Al-Baqarah : 120).
Dan Rasulullah Saw bersabda :
من تشبه بقوم
فهو منهم
Artinya : “ Barang siapa
menyerupai suatu kaum, maka orang tersebut termasuk golongan mereka “. (H.R
Abu Dawud).
Dengan penjelasan dari Allah dan
Rasul-Nya diatas, menambah keyakinan kita bahwa acara Valentine Day adalah
acara yang diada-adakan oleh orang kafir dan orang-orang yang bergelimang dosa
dalam rangka kemaksiatan dan dalam rangka mengumbar syahwat dan memenuhi hawa
nafsu mereka.
Keimanan seorang muslim adakalanya
meguat dan menipis. Iman seseorang akan bertambah jika melaksanakan keta’atan
kepada Allah Swt dan berkurangnya iman jika bermaksiat kepada Allah Swt.
Demikian pula keimanan seseorang akan berkurang jika keinginan hawa nafsunya
bertengtangan dengan aturan-aturan Allah Swt, namun keinginan manusia akan
berpahala jika keinginannya tersebut sesuai dengan aturan-aturan Allah Swt.
Oleh karena itu jika seseorang
mengikuti hawa nafsunya dengan ikut merayakan valentine Day yang bertentangan
dengan aturan Allah Swt maka orang tersebut akan mendapat dosa dan siksa. Maka
bila dalam merayakan Valentine Day tersebut bermaksud untuk mengenang kembali
St Valentine atau seseorang yang sudah mengetahui asal usul Valentine Day dan
ia juga sudah mengetahui hukum pengharamannya dalam Islam namun ia tetap saja
ikut dalam perayaan tersebut maka tidak diragukan lagi bahwa orang itu telah
kafir (mutad). Dan jika tidak bermaksud demikian, ia tidak mengetahui asal
usulnya dan juga ia tidak mengetahui pengharaman atas memperingatinya, hanya
sekedar ikut-ikutan kepada orang lain maka orang itu telah melaksanakan suatu
dosa besar.
Banyak orang yang tidak mengerti
agama Islam yang lurus ini dan orang-orang yang menuruti hawa nafsunya,
terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari dampak buruk dari perbuatan
tersbeut. Maka menjadi kewajiban seorang muslim untuk melaksanakan al- wala’
wal bara’ (loyalitas sesama muslimin dan berlepas diri dari orang-orang
kafir) yang merupakan prinsip dari ‘aqidah Islam. Seorang muslim harus
mencintai kepada sesama muslim dan menolong keperluannya dan bekerjasama dalam
rangka keta’atan kepada Allah Swt, dan seorang muslim hharus berlepas diri dari
orang-orang kafir dan membenci orang-orang kafir disebabkan kekafirannya kepada
Allah Swt. Seorang muslim harus membedakan diri dari orang-orang kafir dan ahli
maksiat. Dan seorang Muslim tidak boleh menyerupai mereka.
Dan diantara dampak buruk jika
seorang muslim menyerupai orang-orang kafir adalah secara tidak langsung ikut
mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam, maka
dengan kita mempopulerkan ritual dan kebiasaan dan gaya hidup mereka maka
semakin asing dan semakin jarang gaya hidup dan akhlaq-akhlaq Islami.
Dampak buruk lain dari menyerupai
kebiasaan orang-orang kafir adalah : dengan banyaknya orang Islam yang
mengikuti kebiasaan dan gaya hidup mereka maka berarti telah memperbanyak
jumlah mereka. Dan secara tidak langsung orang Islam tersebut tidak sadar telah
menjadi golongan orang-orang kafir tersbeut (dalam perbuatannya). Padahal setiap
hari mereka berdoa dalam shalat yang dibaca dalam Q.S Al-Fatihah : “ Tunjukilah kami jalan yang lurus
(yaitu jalannya orang-orang yang telah engkau beri nikmat) dan bukan jalan
orang-orang yang Engkau murkai (orang Yahudi) dan juga bukan jalan-jalan orang
yang sesat (orang-orang Nasrani) ”.
Bagaimana mereka berdoa agar diberi
petunjuk untuk mengikuti jalan orang-orang mukmin dan dijauhkan dari jalan
orang-orang Yahudi dan Nasrani namun ia sendiri yang menempuh jalan sesat
tersebut dengan suka rela. Dan diantara dampak lainnya akibat mengekornya
seorang muslim terhadap gaya hidup orang-orang kafir adalah membuat mereka
senang dan melahirkan kecintaan hati dan keterikatan hati kepada mereka.
والله
تعالى اعلم
[1] Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya
Al-Banjariy Al-Jawiy pada halaqah Mahasiswa PAI Semester V Univa Medan pada
tanggal 12 Shafar 1435 H bertepatan tanggal
13 Februari 2014 di Masjid Nurul
Hidayah Jl Garu II A. Makalah ini
ditulis dari kitab :
-
Tahdzir min
al-Bid’ah oleh asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz.
-
Fatwa Lajnah
Daimah oleh Mufthi Saudi Arabia.
-
Iqtidha’
as-Sirath al-Mustaqim oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyah al-Harani.
-
Remaja Korban
Mode oleh Abu al-Ghifari.
NB : Jika Ada Yang Kurang Jelas
dapat di Tanyakan di Nomor 083198940194
Tidak ada komentar:
Posting Komentar