ANCAMAN BAGI ORANG YANG
MEMUTUSKAN HUBUNGAN
SILATURRAHIM[1]
Seorang sahabat Nabi bertanya kepada
Nabi SAW, ya Rasulullah , terangkanlah kepadaku pekerjaan yang dapat mengantar
kan aku kesurga dan yang menyelamatkan aku dari siksa kubur, Rasulullah SAW
menjawab :
أن
تعبد الله ولا تشرك به شيئا و تقيم الصلا ة و تؤ تى الز كا ة و تصل الر حم
Artinya : “ ada empat perkara yaitu : kamu menyembah Allah dan
tidak menyekutukan Nya, melakukan shalat 5 x sehari semalam, mengeluarkan zakat
(fitrah dan harta), silaturrahim (menyambung tali persaudaraan atau family).
Dalam Hadits
yang lain diceritakan bahwa, Rasulullah saat itu sedang duduk-duduk bersama
para sahabat, kemudian Rasulullah SAW bersabda : “ orang yang memutuskan
hubungan silaturrahim jangan duduk bersama kami “. Kemudian salah seorang
berdiri kemudian pergi, tidak berapa lama ia kembali lagi duduk-duduk bersama
Rasulullah, dan Rasulullah SAW bertanya kepadanya, kenapa kamu berdiri? Jawab :
ya Rasulullah ketika engkau bersabda, aku cepat – cepat pergi kerumah bibiku
yang memutuskan hubungannya denganku, lalu : kenapa engkau datang kembali kata
bibiku, aku menjawab : aku kemari ingin memberitahukan sabdamu tadi, lalu ia
beristighfar untukku dan juga beristighfar untuknya, lalu Rasulullah menyuruh
sahabt tersebut kembali duduk seraya bersabda : “ bagus apa yang kamu lakukan,
karena Allah tidak akan menurunkan rahmatNya kepada suatu golongan yang
memutuskan hubungan silaturrahim.
Al-Imam Abu Laits Samarqandi berkata
: “ memutuskan hubungan persaudaraan (silaturrahim) adalah dosa besar, rahmat
tertolak baginya, dan teman-teman akan membencinya. Oleh sebab itu setiap
muslim wajib bertaubat dari hal tersebut, istighfar secepatnya, memperbaiki
hubungan dengannya, agar memperoleh rahmat Allah dan terhindar dari api neraka.
Rasulullah SAW bersabda : “Amal
yang paling cepat pahalanya adalah silaturrahim, dan dosa yang disegerakan
akitabnya adalah memutuskan hubungan silaturrahim dan penganiyayaan”
Dari Amr bin Syu’aib : seseorang
dating dan bertanya kepada Nabi SAW, familiki tetap bersikeras memutuskan
hubungan silaturrahim kepada ku, sekalipun telah ku coba menyambungnya kembali,
aku berlaku baik kepadanya, akan tetapi mereka menganiayaku, aku membantu, akan
tetapi mereka bersikap jahat kepadaku, apakah aku boleh membalas perbuatan
mereka? Nabi SAW menjawab : jangan, karena jika engkau membalas mereka ,
berarti engkau sama dengan mereka, bahkan hendaklah engkau cari jalan yang
lebih baik dan tetap menyambung silaturrahim dengan mereka, maka bantuan Allah
akan selalu menyertaimu sepanjang engkau berbuat demikian.
Tiga perkara, diantara akhlaq para
penghuni syurga : “ berlaku baik terhadap orang yang jahat kepadamu, memaafkan
orang yang menganiayamu, pemurah terhadap orang yang kikir kepadamu.
Allah SWT berfirman :
Artinya
: “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh)”. (Q.S
Ar-Rad 39).
Dalam
menafsirkan ayat ini Al-Imam Abu Laits Samarqandi berkata : “ terkadang bisa
terjadi, orang yang menyambungkan silaturrahim umurnya tinggal 3 hari, kemudian
Allah menambahnya 30 tahun, demikian juga sebaliknya, terkadang bisa terjadi
seseorang umurnya 30 tahun lagi, akrena memutuskan silaturrahim, maka dikurangi
hingga tiga hari lagi.
Rasulullah
SAW bersabda : “ tiada mungkin takdir tertolak , kecuali dengan doa, dan
tiada mungkin umur bertambah, kecuali dengan kebaikan dan ta’at dan terkadang
rezeki seseorang akan tertunda krena maksiat “.
Kemudian
Al-Imam Abu Laits Samarqandi berkata : “ ada dua macam pengertian mengenai
bertambahnya umur : yaitu , bertambah kebaikannya, bertambah umurnya
(benar-benar bertambah umurnya).
Said
dari Qatadah, bersabda Nabi SAW : “ bertaqwalah kepada Allah, dan
sambungkanlah hubungan silaturrahim, pasti engkau akan memperoleh kebaikan
didunia dan lebih-lebih diakhirat kelak”.
Rasulullah
SAW bersabda : “ tidak boleh (haram) bagi seseorang muslim mendendam (tidak
menegur) sesama muslim, lebih dari tiga hari, hingga ketika berpapasan saling
memalingkan mukannya. Sedangkan orang yang mendahului mengucapkan salam
diantara keduanya adalah sangat terpuji (yang terbaik)”.
Rasulullah
SAW bersabda : “ janganlah kalian
saling mendendam (tidak menyapa), dan jika terpaksa berbuat demikian, maka
jangan melebihi tiga hari, dan jika keduanya atau salah satu diantara keduanya
mati masih dalam keadaan mendendam (saling tidak menegur), maka ia tidak akan
bisa masuk kedalam surga)”.
Dari
Abu Hurairah r.a , Nabi SAW bersabda : “ setiap hari senin dan kamis pintu
syurga dibuka, lalu setiap orang yang tidak melakukan dosa syirik diampuni
dosanya, kecuali yang tetap berselisih dengan saudara (sesama muslim),
diserukan : tunggulah, hingga keduanya damai, dan ketika amal mereka (yang
tetap berselisih) dinaikkan, maka ditolak”.
Dari
Anas r.a, Nabi SAW bersabda : Ada lima orang yang shalatnya tidak diterima,
yaitu:
1.
Seorang istri yang membuat suaminya marah.
2.
Hamba sahaya yang melarikan diri dari tuannya (majikannya).
3.
Orang yang mendiami sesama saudaranya sesama muslim lebih dari tiga
hari
4.
Orang yang selalu meminum minuman keras
5.
Seorang pemimpin yang dibenci masyarakatnya (imam yang tidak
disenangi jama’ahnya).
Keuntungan bersilaturrahim ada 10 perkara, diantaranya :
1.
Memperoleh ridha Allah, karena Allah yang memerintahkan untuk
menyambungkan hubungan silaturrahim.
2.
Membuat saudara sesame muslim gembira
3.
Mendapatkan kecintaan dari para Malaikat, karena Malaikat senang
bersilaturrahim.
4.
Pujian kaum muslimin kepadanya (orang-orang akan senang berteman
dengannya).
5.
Membuat iblis yang terkutuk menjadi marah.
6.
Memanjangkan usia
7.
Menambah barakah (cukup) rezekinya.
8.
Membuat senang yang telah matikarena ayah dan neneknya yang telah
mati senang jika anak dan cucunya bersilaturrahim
9.
Memupuk rasa kasih saying diantara keluarga atau family dan
diantara saudara sesama muslim sehingga timbul semangat saling membantu ketika
ada keperluan.
10.
Menambah pahala sesuadah matinya,karena akan selalu dikenang dan
didoakan karena kebaikannya.
Ada
tiga macam manusia yang dilindungi Allah kelak dihari kiamat, yaitu pertama,
orang yang menyambung ikatan silaturrahim , dipanjangkan usiannya dan
dilapangkan kuburnya juga rezekinya. Kedua wanita yang ditinggal mati suaminya
dan anak yatim yang ditinggalnya ia pelihara dengan baik, sampai Allah
mencukupi mereka (mati), ketiga , orang yang suka mengundang anak yatim dan
fakir miskin untuk makan bersama.
Rasulullah
SAW bersabda : “ada dua macam langkah manusia yang disenangi Allah, pertama,
langkah melakukan shalat, kedua, langkah bersilaturrahim kepada keluarga atau
saudara sesame muslim”.
Ada
lima perkara : “ ada lima perkara barangsiapa mengamalkannya maka akan
bertambah-tambah kebaikannya seperti gunung besar, dan dilapangkan rezekinya,
yaitu 1) selalu bersedekah (sedikit atau banyak),2) menyambung hubungan
silaturrahim, 3) tetap berusaha menegakkan islam dengan manhaj Ahlussunnah
Wal-Jama’ah, 4) menjaga wudhu, 5) tetap berbakti kepada kedua orang tuanya.
Nabi
SAW bersabda : “ suatu amal yang sangat utama melebihi puasa, shalat dan
sedekah, ialah mendamaikan orang-orang yang tengah berselisih, ketika mereka
saling memutuskan hubungan silaturrahim “.
Kata
seorang sahabat : “ orang yang tidak mampu melakukan 8 perkara, maka lakukanlah
8 perkara lainnya yang setimpal pahalanya yaitu :
1.
Jika tidak mampu bangun malam (tahajjud) karena dikalahkan oleh
tidur, maka disiang harinya jangan berbuat maksiat.
2.
Jika tidka berpuasa sunnah, maka peliharalah lisannya dari
perkataan jorok, keji dan yang menyakitkan hati orang.
3.
Jika tidak mampu berlaku seperti Ulama’, maka hendaklah senang
berfikir dan berkumpul serta ta’lim dengan mereka
4.
Jika tidak sanggup berperang sabil, maka hendaklah berperang
melawan setan
5.
Jika tidak mampu bersedekah harta, maka hendaklah mengajarkan ilmu
agamanya kepada orang lain.
6.
Jika tidak mampu melaksanakan ibadah haji, maka hendaklah aktif
melakukan shalat jum’at secara rutin atau kontiniyu.
7.
Jika tidak melakukan ibadah maka hendaklah mendamaikan orang yang
berselisih diantara mereka.
8.
Jika mau memperoleh derajat wali abdal (dalam beribadah dan
beramal), maka tekanlah dadanya dan berlegah hatilah kepada kawannya, kepada
dirinya sendiri (rela).
Abu Hurairah
r.a berkata : “ berjalanlah kalian sejauh satu mil untuk menjenguk orang sakit,
dan berjalanlah dua mil untuk menyambungkan hubungan silaturrahim, dan
berjalanlah sejauh tiga mil untuk mendamaikan orang yang berselisih”.
Anas bin Malik
r.a berkata : “ orang yang mendamaikan diantara dua orang yang berselisih ,
maka Allah akan membalas setiap kalimat yang diucapkannya sebesar pahala
memerdekakan budak “.
Kata Abu Bakkar
Warraq : “ Allah mengutus Nabi Nya demi menyeru manusia kembali kepada Allah,
dan menuntut mereka empat hal, yaitu : Hati, lidah, anggota badan dan akhlaq. Dan
setiap satu darinya dituntut untuk melakukan dua hal yaitu :
1.
Hati dituntut untuk mengagungkan Allah dan aksih saying sesame
makhlukNya
2.
Lidah (mulut) dituntut agar selalu berdzikir sepanjang hidupnya,
dan bersikap ramah terhadap sesamanya
3.
Anggota badan dituntut agar beriubadah dan menolong sesamnya
4.
Akhlaq (budi) agar rela menerima hokum Allah, dan bergaul baik
dengan sesamanya, serta sabar dalam emnghadapi penderitaan (akibat disakiti
atau diganggu) orang.
Mendamaikan
diantara mereka yang sedang berselisih adalah suatu cabang dari keNabian, dna
sebaiknya yang menanam benih permusuhan atau memporak-porandakan persahabatn
diantara sesame manusia adalah merupakan cabang kesyirikan.
Nabi SAW
bersabda : “ orang yang paling utama disisi Allah (terbesar pahalanya) kelak
dihari kiamat, ialah “ yang banyak memberikan manfaat kepada masyarakat. Dan
yang paling dekat dengan Allah adalah orang-orang yang senang mendamaikan
diantara sesame manusia (yang tengah bermusuhan , berselisih atau bersalah
faham).
والله تعا لى أعلم
[1] Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya
Al-Banjariy Al-Jawiy pada halaqah Mahasiswa PAI Semester V Univa Medan pada
tanggal 30 Rabi’ul Awwal 1435 H bertepatan tanggal 1 Februari
2014 di Masjid Nurul Hidayah Jl
Garu II A. makalah ini ditulis dari kitab Tanbihu Al-Ghafilin
oleh Al-Imam Al-Faqih Abu Laits Samarqandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar