Minggu, 02 Maret 2014

ANAK ZAMAN MINDER UNTUK BERBUAT TA’AT



ANAK ZAMAN
MINDER UNTUK BERBUAT TA’AT

            Keterasingan Islam bukan pada sisi minimnya penganut, bukan pula karena sulitnya kitab suci didapat. Tapi pada runtuhnya kekuasaan, hukum dan syari’atya, juga lenyapnya tradisi dan akhlaqnya. Semua tahu hukum apa yang mendominasi saat ini. Tradisi mana pula yang menjadi budaya masyarakat dunia, juga masyarakat kita saat ini. Selain adat, tradisi barat begitu kentara mewarnai setipa celah kehidupan, hingga menjadi pola hidup kebanyakan.
            Orang yang konsisten dengan ciri khas ke-Islamannya dipandang aneh, begitupun yang tidak lebur (menyatu) dengan tradisi kebanyakan juga meraka anggap aneh. Tinggallah dua pilihan, setia dengan Islam tapi menanggung celaan dan keterasingan, ataukah larut dengan arus kebanyakan yang didominasi oleh hawa nafsu sebagai unsur terkuatnya.
            Tak sedikit yang gamang untuk tetap berputar bersama Islam, saat posisi Islam sedang dipinggirkan. Tidak sedikit orang Islam yang lantas mencari wilayah “aman” dengan menceupkan dirinya dengan “sibghah” hawa nafsu yang menjadi warna kebanyakan.
            Mereka minder untuk menunjukkan jati dirinya sebagai seorang muslim atau muslimah. Yang muslimah tidak pede tampil dengan jilbab Syar’inya, kurang gaul jika tidak hafal lagu-lagu barat, dan merasa rendah diri jika belum bisa berjoged dan berdansa. Mereka lebih pede dengan pakaian ketat, berlenggak lenggok, kepalanya miring ke sana kemari, persis seperti kaum yang dikabarkan oleh Nabi saw sebagai penghuni neraka yang perlakuannya belum pernah beliau saksikan dizamannya.

نساء كاسيات عاريات مميلات مائلات رءوسهن كاسنمة البخت المائلة لا يدخلن الجنة ولايجدن ريحها وان ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا

            Artinya : “ wanita yang berpakaian tapi telanjang, menyimpang dari keta’atan, berjalan melenggak-lenggok , kepalanya seperti punuk unta, mereka tidak masuk surga, bahkan tidak mencium wangi surga, padahal wanginya dapat dirasakan dari jarak perjalanan sekian dan sekian (yakni sangat jauh) “ (H.R Muslim, dari Sahabat Abu Hurairah).

            Yang laki-laki merasa minder dengan aktif shalat berjama’ah di masjid dengan meninggalkan teman ngobrolnya. Atau merasa minder menampakkan sunnah Nabi seperti memanjangkan jenggot, memakai kopiyah (lobe), berpakaian Islami dan lain sebagainya. Mereka juga minder jika hendak membaca al-Qur’an, atau berargumen dengan al-Qur’an , Sunnah dan Qaul para ‘Ulama’. Mereka lebih merasa terangkat wibawanya jika bisa menukil petuah-petuah (kata-kata bijak) orang Barat.
            Munculnya rasa minder untuk ta’at tersebut disebabkan karena menganggap nilai keta’atan itu rendah, Islam dan iman tag begitu berarti, sekaligus muncul kekaguman terhadap tradisi dan kebiasaan  diluar Islam. Maka mereka pun lebih memilih untuk mengikuti tradisi (budaya) orang kafir, meskipun sesuatu itu jelas-jelas kotor dan buruk. Rasulullah saw telah bersabda :
من تشبه بقوم فهو منهم

            Artinya : “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka orang tersebut termasuk golongan mereka “ (H.R Abu Dawud).
            Sadarlah Wahai Saudara-Saudari ku !!! bahwa masa depan agama Islam ada ditangan para pemuda-pemudi, jika akhlaqnya pemuda-pemudi jauh dari akhlaq Islami, bagaimana kelangsungan agama dan bangsa kita??? Masih kah kita minder untuk menunjukkan identitas ke-Islaman kita? Yang wanita dengan jilbab Syar’inya, yang laki-laki dengan shalat berjama’ah di masjid dan berpakaian Islami. Ayo jangan malu menunjukkan bahwa kita adalah seorang Muslim sejati. Dengan kita mencintai ajaran Islam, mencintai akhlaq Islam, dan meninggalkan segala perkara yang tidak termasuk ajaran Islam, yakinlah bahwa Allah Ta’ala akan memberikan kemudahan kepada kita dalam menghadapi segala perkara terlebih-lebih perkara ketika di ‘Alam Kubur maupun ketika di akhirat.



والله اعلم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar