Selasa, 04 Maret 2014

KARAKTER-KARAKTER YANG MESTI DIMILIKI OLEH SEORANG PENGAJAR. Bagian Pertama (MENGIKHLASKAN ILMU UNTUK ALLAH)



KARAKTER-KARAKTER YANG MESTI
DIMILIKI OLEH SEORANG PENGAJAR
Bagian Pertama
(MENGIKHLASKAN ILMU UNTUK ALLAH)


Sebuah perkara agung yang dilalaikan banyak kalangan pengajar, pendidik dan guru , yaitu membangun dan menanamkan prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal untuk Allah. Ini merupakan perkara yang tidak difahami oleh banyak orang, karena jauhnya mereka dari manhaj Rabbani. Demi Allah berapa banyak ilmu yang bermanfaat dan amalan – amalan yang mulia untuk umat, namun pemiliknya tidak mendapatkan bagian manfaat darinya sedikitpun dan pergi begitu saja bersama hembusan angin bagaikan debu yang beterbangan. Yang demikian itu, disebabkan karena pemiliknya tidak mengikhlaskan ilmu dan amal mereka serta tidak menjadikannya dijalan Allah. Mengajar atau mendidik dengan mengharapkan imbalan (upah), tidak bersungguh-sungguh dalam mengajar dan mendidik anak didiknya, sehingga seharusnya mereka mendapatkan pahala yang begitu besar dan menjadi amal jariyah, namun karena ketidak ikhlasan mereka dalam mengajar dan mendidik menghalangi mereka memperoleh manfaat dari apa yang telah mereka ajarkan. Tujuan mereka bukan untuk memberi manfaat kepada saudara-saudara mereka kaum  Muslimin dengan ilmu dan pengetahuan serta amalan-amalan tersebut. Tujuan mereka hanya semata memperoleh kehormatan atau kedudukan atau sejenisnya, karena itulah sangat layak bila amalan-amalan (pahala) tersebut pergi begitu saja bagaikan debu yang beterbangan. Namun, kadang kala mereka mendapatkan manfaat dengan ilmu dan pengetahuan mereka didunia, berupa sanjungan, pujian, dan sejenisnya, akan tetapi ujung-ujungnya bermuara kepada kesirnaan. Yaitu ia tidak memporelah bagian apapun dari ilmu yang diajarkannya, melainkan murka Allah Ta’ala.
Barangkali Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a melukiskan makna tersebut, bahwa Nabi saw bersabda :

. . . . . ورجل تعلم العلم وعلمه , وقرأ القرآن , فاتي به , فعرفه نعمه , فعرفها فقال : ماعلمت فيها ؟ قال : تعلمت العلم وعلمته وقرأت فيك ا لقرآن , قال : كذبت , ولكنك تعلمت العلم ليقال عالم , وقرأت القرآن ليقال قارئ , فقد قيل , ثم امر به فسحب على وجهه حتى ألقي في النار . . .

            Artinya : “ ....dan seorang laki-laki yang belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca al-Qur’an, lalu ia didatangkan dan Allah mengingatkan nikmat-nikmatNya (kepadanya) dan diapun mengenalnya. Allah berfirman : apa yang kamu lakukan kepadanya? Dia berkata saya belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an demi Engkau. Allah berfirman : kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar ilmu supaya dikatakan ‘alim, kamu membaca al-Qu’arn supaya dikatakan Qari’, dan itu telah dikatakan. Kemudian perintahkan agar dia diseret diatas wajahnya hingga dilemparkan kedalam api nereka....”[1].
            Karena itu semestinya bagi para pendidik dan pengajar agar menanamkan sifat ikhlas dalam ilmu dan amal untuk Allah pada diri anak didiknya,juga sifat mengharap pahala dan ganjaran dari Allah. Kemudian, jika setelah itu ia memperoleh sanjungan dan pujian dari manusia , itu adalah anugrah dan nikmat dari Allah Ta’ala, dan bagi Allah lah segala pujian.
            Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali Rahimahullahu Ta’ala berkata : “ adapun jika ia melakukan sebuah amalan, murni untuk Allah, kemudian Allah melemparkan pujian baik baginya dihati orang-orang Mukmin dengan hal itu, lalu dia merasa senang dengan anugrah dan rahmat Allah serta merasa gembira dengannya, maka hal itu tidak mengapa baginya. Mengenai hal ini Hadits Abu Dzar datang dari Nabi saw bahwa beliau ditanya tentang laki-laki yang melakukan sebuah amalan ikhlas untuk Allah berupa kebaikan, yang lantaran itu ia dipuji manusia, lalu Nabi saw bersabda :

تلك عاجل بشرى المؤمنون

            Artinya : “ itu adalah berita gembira orang beriman yang disegerakan “.

Kesimpula :
1.      Merupakan kewajiban bagi seorang pengajar untuk menanamkan hakikat ikhlas pada saat mengajarkan ilmu.
2.      Seorang pengajar harus menyertakan hakikat tersebut semenjak awal dan terus menerus mengingatnya

والله اعلم


[1]H.R Muslim dalam kitab al-Imarah, an-Nasa’i dalam kitab al-Jihad, Ahmad dalam Baqi’ Musnad al-Muktsirin, dan at-Tirmidzi dalam az-Zuhd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar