Minggu, 09 Maret 2014

SIFAT KE-EMPAT AL-MUKHALAFATU LILHAWADITSI



SIFAT KE-EMPAT
AL-MUKHALAFATU LILHAWADITSI[1]

Disebutkan didalam kitab al-Husunu al-hamidiyyah :
الصفة الربعة : المخلفة للحوادث . يجب لله تعالى المخالفة للحوادث , ويستحيل عليه ضدها وهو : المماثلة للحوادث , بأن يكون تعالى مشبها لهذه الموجودات الحادثة في خاصة من خواصها التى من طبيعة نفسها ....الخ .
Artinya : “Sifat ke-empat yaitu Mukhalafatuhu Lilhawadits (Allah berbeda dengan sesuatu), mustahil sebaliknya yakni Mumatsalah Lil Hawadits (Allah sama dengan sesuatu). Misalnya Allah Ta’ala menyerupai ‘alam, baik ketentuan ataupun tabi’atnya, seperti bertubuh, sifat-sifatnya, keadaannya, berubah-ubahnya, bersusun atau berpecah-pecahnya, keluar dari yang lain atau mengeluarkan yang lainnya pula, bersambung atau berpisah, menyerupai binatang, tanaman, logam, atau berpindah dari satu tempat ketempat lain, tertawa, atau merasa heran pada sesuatu dan sebagainya. Jadi,  Allah Ta’ala tidak menyerupai sesuatu pun, kalau Allah Ta’ala itu menyamai sesuatu dari ‘alam wujud yang bersifat baharu (ada permulaan dan ada akhirnya), maka Allah Ta’ala akan menjadi seperti itu pula, karena yang menyamai sesuatu itu dalam salah satu ketentuan-ketentuannya adalah termasuk golongannya”.
            Disebutkan didalam kitab kifayatul awwam :
فالله مخالف لكل مخلوق من انس وجن وملك وغيرها
Artinya : “ Maka Allah itu berbeda dengan tiap-tiap makhluq dari golongan manusia, jin , malaikat dan yang lainnya “.
فلا يصح اتصافه تعالى بأصاف الحوادث من مشى و قعود وجوارح
Artinya : “ Maka tidak shah bersifatnya Allah Ta’ala dengan sifat-sifat segala yang baru seperti berjalan, duduk, dan (mempunyai) anggota-anggota tubuh “.
فهو تعالى منزه عن الجوارح من فم وعين واذن وغيرها
Artinya : “ Maka Allah Ta’ala itu disucikan dari pada anggota-anggota tubuh berupa mulut, mata, telinga dan lainnya (seperti tangan, kaki, dan istiwa / bersemayam di Arsy sebagaimana istiwa’nya makhluq pada sesuatu) “.

Disebutkan didalam kitab Tanwiru al-Qulub :
واما المخالفة للحوادث : فمعناها انه تعالى ليس مماثلا لشيء من الحوادث في الحدوث ولوازمه في ذاته ولافي صفاته ولافي افعاله , فليس جسما وليس قائما بجسم او محاذياله , وليس فوق شيء ولاتحته ولا خلفه ولا عن يمنه ولا عن يساره ولا يوصف بحركة ولاسكون وليس بذى اجزاء فليس له يد ولا عين ....الخ .
                        Artinya : “ Dan adapun al-Mukhalafatu Lil Hawadits artinya Allah Ta’ala tidak serupa dengan sesuatupun selain Dia, tidak dalam Dzat-Nya, tidak dalam Shifat-Nya, dan tidak juga dalam Af’al (perbuatan-perbuatan-Nya). Dzat Allah bukan Jisim, tidak pula menempati atau bersandar pada Jisim. Allah tidak diatas atau dibawah sesuatu, tidak dibelakang atau disamping kiri dan kanan sesuatu. Tidak diseifati dengan gerak dan diam dan bagian-bagian yang dimiliki oleh makhluk. Allah tidak mempunyai tangan, mata , telinga atau ciri-ciri makhluk lainnya. Adapun keterangan yang ada didalam al-Qur’an atau Hadits yang mengungkapkan seolah-olah Allah serupa dengan makhluk, seperti : “ Yadullah Fauqa Aydihim ( Tangan Allah diatas tangan mereka)” harus ditakwil dari makna lahiriyahnya yang bersifat umum “. Ilmu Allah tidak seperti ilmu kita, Allah tidak lupa dan tidak lalai, tidak pula jahil (bodoh). Kuasa Allah tidak membutuhkan alat dan sarana. Allah berkehendak tidak karena maksud tertentu, hidup Allah tidak dengan ruh (nyawa) sebagaimana hidupnya kita. Pengelihatan dan pendengaran Allah tidak dengan indra. Kalam Allah tidak dengan suara dan tidak dengan huruf sebagai lambang suara, dan Allah tidak diam. Perbuatan Allah tidak dengan anggota tubuh, tidak pula sekedar gurauan. Sungguh Maha Suci Allah dari semua itu.
واما الدليل عليها عقلا انه لو ماثل شيئامن الحوادث في ذاته اوفي صافته او في افعاله لكن حادثا مثله وهو باطل
            Artinya : “ Dalil aqli yang menunjukkan kemestian Allah bersifat tidak serupa dengan segala sesuatu selain Dia (al-Mukhalafatu Lil-Hawadits) adalah Apabila Allah serupa dengan sesuatu dari selain Dia, baik Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya ataupun perbuatan-perbuatan-Nya, tentu Allah juga sama dengan sesuatu tersebut yang bersifat (baharu), dan itu sungguh bathil “.
واما الدليل عليها نقلا قوله تعالى : ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
            Artinya : “Dan adapun dalil Naqli Allah berbeda dengan segala sesuatu (al-Mukhalafatu Lil-Hawadits) adalah firman Allah Ta’ala : “ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat “[2].
            Berdasarkan keterangan diatas maka apa-apa yang datang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah berupa ayat-ayat atau Hadits-Hadits yang bertentangan dengan demikian maka kita harus menakwilnya yakni memalingkan dari zhahirnya. Dan hal ini telah disepakati oleh Ulama’ Salaf dan Khalaf, akan tetapi Ulama’ Salaf menakwilkannya dengan takwil ijmali (global) dalam artti tidak menentukan maknanya yang dikehendaki, karena mereka mentafwidh atau menyerahkannya kepada Allah Ta’ala.
            Mengenai ayat Mutasyabihat yang mesti diya’wil seperti firman Allah ta’ala : يد الله فوق ايديهم (Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka), mengenai ayat ini para Ulama’ Salaf berkata : Bukanlah maksud dari ayat ini bahwa Allah mempunyai anggota tubuh yang dimaklumi dan tidak ada yang mengetahui maksud dari “Tangan” pada ayat tersebut kecuali hanya Allah yang mengetahuinya.
            Sedangkan Ulama’ Khalaf berkata : ayat ini mesti dita’wil dengan ta’wil yang tafshili (terperinci) dalam arti menentukan maknanya sesuai dengan sesuatu yang layak bagi Allah. Jadi maksud ayat tersebut bukanlah bahwa Allah ta’ala mempunyai anggota tubuh sebagaimana yang dimaklumi, akan tetapi maksudnya adalah bahwa Allah mempunyai kekusaan, sehingga makna ayat itu dita’wil menjadi “Ke-Kuasaan Allah di atas ke-kuasaan mereka”. Seperti inilah maksud dari asy-Syaikh Burhanuddin al-Laqani didalam kitab Matan Jauharah Tauhidnya :
وكل نص او هم التشبيها #  اوله اوفوض ورم تنزيها #
            Artinya : “ Dan setiap Nash yang memberi persangkaan kepada tasybih (penyerupaan) maka ta’wilkanlah atau tafwidhkan (serahkan maknanya) kepada Allah Ta’ala dan hendaknya engkau memaksudkan Tanzih (penyucian)”.

والله تعالى اعلم



[1]Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya Al-Banjariy Al-Jawiy pada Majlis Ta’lim Miftahu al-Khair halaqah Mahasiswa PAI  Univa Medan pada tanggal 6 Jumadil Awwal 1435 H bertepatan tanggal  8 Maret  2014 di Masjid Nurul Hidayah  Jl Garu II A. Makalah ini disusun dari kitab :
-         Al-Husunu al-Hamidiyyah Lil-Muhafazhati ‘ala al-‘Aqaidi al-Diniyyati oleh asy-Syaikh Husain bin Muhammad al-Jirs ath-Tharabilisi.
-         Kifayatu al-Awwam oleh asy-Syaikh Muhammad al-Fudhali
-         Tanwiru al-Qulub fi Mu’amalati ‘Allami al-Ghuyub oleh asy-Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi al-Irbaliy an-Naqsabandi asy-Syafi’i.
NB : Jika ada yang kurang jelas dapat ditanyakan dinomor : 083198940194
[2] Q.S Asy-Syura (42) : 11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar