Minggu, 22 Juni 2014

MALAIKAT HAFAZHAH DAN KATABAH




بكل عبد حافظون وكلوا        #     وكاتبون خيرة لن يهملو ا
من امره شيئا فعل ولو ذهل        #  حتى الأنين في المرض كما نقل
فحاسب النفس وقلل أملا      #     ورب من جد لأمر وصلا

        Artinya : “ dan diwakilkan pada tiap-tiap hamba itu Malaikat Hafizhun dan Katibun yang terpilih. Mereka tidak akan melalaikan sedikitpun dari apa yang telah dia kerjakan walaupun diketika dia lupa sampai-sampai rintihan di waktu dia sakit sebagaimana yang telah dinuqilkan. Maka hisablah dirimu dan pendekkan cita-cita!. Berapa banyak orang yang serius menekuni satu perkara akhirnya sampai juga ketujuannya “.
            Allah Subhanahu Wata’ala telah mewakilkan pada setiap hamba malaikat-malaikat penjaga yang diberi nama dengan Hafazhah atau Hafizhun.
            Mengenai Hafizhun pada bait diatas diperselisihkan maksudnya, apakah mereka itu para Malaikat yang bertugas menjaga hamba dari sesuatu yang berbahaya ataukah mereka para Malaikat yang bertugas menjaga apa saja yang muncul darinya berupa ucapan, perbuatan, atau i’tikad dan Allah menjadikan bagi mereka itu satu tanda untuk mengetahui I’tikad seseorang.
            Perselisihan tersebut didasarkan atas adanya huruf athaf pada lafadz “ كتبون “ jika huruf athaf itu dijadikan untuk taghayur (menunjukkan perbedaan) maka yang dimaksud dengan Hafizhun adalah maknanya yang pertama. Namun jika huruf athaf itu dijadikan untuk tafsir (penjelasan) maka maksud Hafizhun disitu adalah maknanya yang kedua. Dan pendapat yang rajih (kuat) adalah makna yang pertama yakni para Malaikat yang bertugas menjaga hamba dari segala yang berbahaya.
            Hal ini karena sebagian Ulama’ menyebutkan bahwa Mu’aqqibat yaitu para malaikat yang berganti-gantian menemani hamba, baik dihadapan maupun dibelakangnya sebagaimana tersebut dalam Q.S ar-Ra’d ayat 11 berbeda dengan katibun.
له معقبات من بين يديه ومن خلفه يحفظونه من امرالله
            Artinya : “ Bagi hamba itu ada Mu’aqqibat dihadapan dan dibelakangnya yang akan menjaganya sesuai perintah Allah[2] “. (Q.S ar-Ra’d : 11).
            Dikuatkan juga dengan perkataan al-Imam al-Qurthubi bahwasanya tidak pernah dinuqil adanya malaikat Hafizhun yang meninggalkan seorang hamba, melainkan mereka terus menemaninya. Ini berbeda dengan katibun dimana mereka berpisah dengan hamba ketika adanya tiga hajat yaitu ketika ketika buang air besar atau kecil, ketika jima’ (berhubungan suami istri) dan ketika mandi sebagaimana yang disebutkan didalam Hadits Ibnu Abbas. Pada tiga keadaan itu tidaklah terhalang bagi  mereka mencatat apa-apa yang muncul darinya karena Allah menjadikan satu tanda bagi mereka sebagaimana pada i’tiqad.
            Pada selain tiga keadaan tersebut malaikay Katibun tidaklah meninggalkan seorang hamba walaupun didalam rumahnya terdapat lonceng, anjing dan gambar. Sedangkan Hadits yang menjelaskan bahwa malaikat tidak akan memasuki rumah yang didalamnya terdapat lonceng[3], anjing, dan gambar adalah malaikat Rahmat.
            Satu riwayat menyebutkan bahwa Utsman pernah bertanya kepada Nabi saw mengenai jumlah malaikat yang diwakilkan kepada manusia. Beliau menjawab : “ Bagi tiap-tiap manusia ada 10 Malaikat dimalam hari dan 10 Malaikat di siang hari “.
            Penjagaan malaikat Hafizhun itu hanyalah dari Qadha’ Muallaq. Adapun Qadha Mubram maka keterjadiannya adalah sesuatu yang pasti. Terhadap Qadha’ ini malaikat Hafizhun akan menjauhkan dirinya.
            Kemudian pada tiap-tiap hamba terdapat dua malaikat katibun[4] , masing-masingnya adalah Raqib dan Atid[5]. Satu pendapat mengatakan bahwa tiap – tiap siang dan malam terdapat dua malaikat dan untuk malam dua malaikat. Maka jadilah malaikat itu empat orang yang akan berganti-gantian diketika shalat ashar dan subuh.
            Malaikat kebaikan berada disebelah kanan dan malaikat kejelekan disebelah kiri. Yang pertama adalah pemimpin yang kedua. Maka jikalau hamba melakukan kebaikan bersegeralah malaikat yang disebelah kanan untuk mencatatnya dan jika dia melakukan kejelekan maka berkatalah malaikat yang disebelah kiri kepada malaikat yang disebelah kanan : “apakah aku akan tulis....?” . maka dijawab : “jangan! Barangkali dia akan beristighfar dan bertaubat”. Jika telah berlalu enam jam dna dia juga belum bertaubat maka berkatalah ia kepadanya : “tulislah! Semoga Allah mengistirahatkan kita dari padanya”. Ini adalah doa kematian atasnya agar kedua malaikat itu segera berpindah dari menyaksikan kemaksiatan karena keduanya merasa tersiksa dengan yang demikian.
            Penulisan amal perbuatan hamba ini adalah sebagian dari perkara yang wajib di imani maka kafirlah orang yang megingkarinya karena berarti mendustakan al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman :
كراما كاتبين يعملون ما تفعلون
            Artinya : “ yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat pekerjaan-pekerjaanmu serta mengetahui segala apa yang kamu kerjakan “. (Q.S al-Infithar 11-12).
            Namun demikian penulisan amal perbuatan itu bukanlah karena satu hajat yang mendorongnya, melainkan untuk suatu faedah yang kembali kepada hamba itu sendiri, dimana dengan adanya penulisan tersebut maka dia akan malu untuk melakuan kemaksiatan.
            Penulisan itu sesuai dengan zhahir nash adalah dengan alat, kertas dan tinta yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Mengenai tempat keduan malaikat pada diri seseorang diperselisihkan para Ulama’. Ada yang mengatakan diakhir gusi-gusinya yang kanan dan kiri. Ada yang mengatakan dikedua pundaknya. Ada yang mengatakan diddagunya. Ada yang mengatakan dikedua bibirnya dan ada pula yang mengatakan pada rambut yang tumbuh dibawah bibir.
            Diriwayatkan dari Mujahid bahwa hamba apabila ia duduk maka salah satu dari kedua malaikat itu berada dikanannya dan yang lain disebelah kirinya, jika dia berjalan salah satunya berada didepannya dan yang lain dibelakangnya. Dan jika dia tidur maka salah satunya berada didekat kepalanya dan yang lain didekat kedua kakinya.
            Dari semua pendapat itu dapatlah disimpulkan bahwa malaikat tersebut tidka melazimi (tidak mengambil posisi yang tetap) pada satu tempat. Namun yang paling baik dalam hal ini adalah tawaqquf.
            Mereka tidak akan meninggalkan sesuatu yang dikerjakan oleh seorang hamba dengan tanpa pencatatan, melainkan mereka akan mencatatnya, baik berupa perkataan ataupun selainnya. Walaupun hamba tersebut dalam keadaan lengah atau lupa. Maka ditulislah apa-apa yang telah dia kerjakan dalam keadaan lupa tersebut, akan tetapi dia tidak disiksa dengannya karena tujuan pencatat itu bukan untuk menyiksa atau memberi pahala. Bahkan sampai-sampai mereka itu akan mencatat rintihan yang timbul dari seorang hamba dikala sakit sebagai mana yang di sebutkan oleh Imam Malik r.a.
            Dan apabila seorang hamba itu meninggal dunia maka kedua malaikat itu akan duduk diatas kuburnya. Jika dia orang yang baik maka kedua malaikat itu akan beristighfar untuknya dan jika tidak maka keduanya melaknatnya hingga hari kiamat.
            Jika engkau telah mengetahui bahwa pada dirimu terdapat malaikat yang selalu mengawasi segala aktivitasmu dan mencatatnya maka perhitungkanlah dirimu disetiap pagi terkait apa yang telah engkau kerjakan dimalam hari dan disetiap sore hari terkait apa yang telah engkau kerjakan di siang hari. Jika engkau mendapatkan ada amal kebajikan maka pujilah Allah atasnya dan jika amal kejelekan maka beristighfarlah kepada-Nya.
حاسبوا انفسكم قبل ان تحاسبوا
            Artinya : “ Perhitungkanlah dirimu sebelum nanti engkau diperhitungkan “.

Rasulullah saw bersabda: "Hai orang yang bertanya, engkau menanyakan padaku tentang perkara yang agung, sesungguhnya pada hari kiamat beberapa kaum dari umatku digiring kepadang Mahsyar terbagi menjadi 12 macam:
-         Mereka dikumpulkan dengan rupa kera (monyet), mereka adalah manusia tukang fitnah.
-         Mereka dikumpulkan dengan rupa babi hutan, mereka adalah orang yang suka makan barang haram.
-         Mereka dikumpulkan dalam keadaan buta, mereka dari golongan manusia yaitu: mereka adalah orang-orang yang melanggar hukum agama dan tidak adil dalam memberi keputusan hukum.
-         Mereka dikumpulkan dalam keadaan bisu dan tuli, yaitu orang-orang yang menyombongkan diri dengan amal perbuatannya.
-         Mereka yang dikumpulkan dari mulutnya mengalir nanah dan menggigit lisannya sendiri, mereka adalah ulama yang ucapannya berbeda dengan perbuatannya.
-         Mereka dikumpulkan dengan jasad yang terkena luka bakar, mereka adalah orang yang bersaksi bohong.
-         Mereka dikumpulkan dengan keadaan telapak kakinya berada didahi dan diikat pada ubun-ubunnya, mereka adalah orang yang menuruti hawa nafsu dan keenakan dan berbuat sesuatu yang diharamkan.
-         Mereka dikumpulkan dengan keadaan seperti orang mabuk yang jatuh kekanan dan kekiri, mereka adalah orang-orang yang mencegah haq ALLAH.
-         Mereka dikumpulkan dengan memakai celana yang terbuat dari tembaga, mereka adalah orang-orang yang tidak menjauhi ghibah (membicarakan kejelekan orang lain).
-         Mereka yang dikumpulkan dengan lidah yang keluar dari tengkuk, mereka adalah orang-orang yang suka mengadu domba.
-         Mereka dikumpulkan dalam keadaan mabuk, mereka adalah orang-orang yang membicarakan masalah dunia didalam masjid.
-         Mereka dikumpulkan dengan bentuk babi hutan, mereka adalah orang yang makan riba.

والله تعالى اعلم



 


[1] Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya Al-Banjariy Al-Jawiy pada Majlis Ta’lim Miftahu al-Khair halaqah Mahasiswa PAI  Univa Medan pada tanggal 13 Jumadil Awwal 1435 H bertepatan tanggal  15 Maret  2014 di Masjid Nurul Hidayah  Jl Garu II A. Makalah ini disusun dari kitab :
-         Juharu at-Tauhid oleh al-Imam Abu al-Amdad Burhanuddin Ibrahim bin Hasan bin ‘Ali bin Abdu al-Quddus al-Maliki al-Laqani.
-         Tuhfatu al-Murid Syarh Jauharu a-Tauhid oleh  al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad asy-Syafi’i al-Baijuri.
-         Daqaiqu al-Akbar oleh al-Imam Abdurrahman bin Ahmad Qadhi.

[2] Maksudnya adalah mereka menjaga seorang hamba berdasarkan izin dari Allah Ta’ala atau berdasarkan apa-apa yang ditaqdirkan oleh Allah Ta’ala.
[3]  لاتد خل الملائكة بيتا فيه جرس
[4] Mereka adalah para Malaikat yang bertugas menjaga apa saja yang muncul dariinya berupa ucapan, perbuatan atau i’tikad dan Allah menjadikan bagi mereka suatu tanda untuk mengetahui i’tikad seseorang.
[5] Arti Raqib adalah pengawas sedangkan Atid adalah yang hadir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar