Sabtu, 02 November 2013

Sejarah Masuknya Islam Ke-Indonesia

SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE-INDONESIA

            Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepualauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia Tenggara.
            Bahkan dua abad sebelum tarikh Masehi, Indonesia (kepulauan Nusantara) khsususnya Sumatra telah dikenal dalam peta dunia masa itu. Peta dunia tertua yang disusun oleh Claudius Ptolemaeus, seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berkedudukan di Alexandria (Mesir), menyusun peta berjudul Geographyle telah menyebut dan memasukkan Nusantara dengan sebutan Barousai. Yang dimaksud tentunya pantai barat Sumatra yang kaya akan kapur barus[1].
            Kedatangan agama Islam ke Indonesia umumnya dihubungkan dengan masalah perdagangan antara bangsa-bangsa yang mendiami Asia, baik bagian barat, bagian timur maupun bagian tenggara, sudah ada sejak abad pertama Masehi[2].
            Ada dua factor utama yang menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-bangsa timur tengah , yaitu :
1)      Factor letak Geografisnya yang strategis. Indonesia berada di persimbangan jalan raya Internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok, melalui lautan dan jalan menuju benua Amerika dan Australia.
2)      Factor kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya rempah-rempah[3].

Pedagang-pedagang muslim Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepualauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7 M (Abad ke 1 Hijriyah), ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah. Hubungan perdangan ini juga menjadi hubungan penyebaran agama Islam yang semakin lama semakin lebih intensif.
Sejaka abad pertama Nusantara yang menghasilkan komoditif rempah-rempah dan banyak disukai di Eropa (Romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang Arab singgah dipantai barat Sumatra dan selat Malaka yang menghubungkan imperium Timur (Kekaisaran Cina). Pedagang Arab sudah berperan sebagai pengatur jalur perdagangan Barat-Timur.
Dengan demikian Indonesia sudah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di Timur maupun di Barat, karena menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Sebagai wilayah yang mudah dijangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat logis jika Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak terkecuali untuk penyebaran agama Islam[4].

A.    Teori Kedatangan Islam di Indonesia
Kennet W Morgan menerangkan bahwa berita yang dapat dipercaya tentang Islam di Indonesia yang mula-mula sekali terdapat dalam berita Marcopolo. Dalam perjalanannya kembali ke Venezia (1292 M), Marcopolo, setelah bekerja pada Kubilai Khan di Tiongkok, singgah di Perlak,s ebuah kota dipantai utara Sumatra. Menurut Marcopolo  bahwa penduduk perlak pada waktu itu di Islamkan oleh pedagang yang disebut kaum Saracen. Wilayah-wilayah pangeran disekitar perlak didiami oleh penyembah berhala yang belum beradab.
Dari uraian diatas , dapat difahami bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia mulai abad ke 7 dan telah di anut sebagian besar orang Indonesia, baik sebagai agama maupun sebagai hokum, hal ini terjadi sejak dahulu. Setelah masuknya agama Islam, selalu ada pegawai khusus yang mempunyai keahlian dalam hokum Islam, yang kadang-kadang menangani juga urusan mu’amalah, iddah, hadhanah, waris dan lainnya,jadi secara ideologis dan politis, hokum Islam sudah ada sejak abad ke 8 Masehi[5].
Islamisasi di Indonesia telah ada semenjak abad ke-13, 16, dan 17 , berikut ini penjelasan dari Andi Faisal Bakti :
“ … Pasai, Negara Islam telah berdiri pada abad ke-13, perkembangan yang signifikan tterjadi pada abad ke -16 atau awal abad ke-17, dengan berdirinya beberapa Negara Islam, sperti Aceh, Banten, Mataram, Gowwa-Tallo, Ternate, dan Tidore.  Penggunaan kata Shulthan (Sultan Arab) adalah symbol nyata Islam yang dipakai oleh beberapa raja, Seperti Sultan Iskandar Muda :, Sultan Iskandar Tani-Aceh, Sultan Ageng Tirtayasa-Banten, Sultan Hasanuddin-Gowa-Tallo, Sultan Agung-Mataram, dan Sultan Babullah-Ternate. Pada periode ini juga muncul beberapa Ulama Islam, seperti Hamzah Fansuri, Syams ad-Din As-Sumatrani, Abd ar-Rauf As-Sinkili yang menyebar Islam dari Aceh, Syaikh Abu Yusuf dari Makassar ke Banten, dan Wali Songo di Jawa. Dari mereka inilah Islam local di buka…”[6].
Mengenai kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di antara ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok, yakni tempat assal kedatangan Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan yang berusaha menjawab tiga permasalahan pokok ini belum lah tuntas sampai sekarang, hal itu disebabkan karena kurangnya data yang dapat mendukung teori tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai teori yang ada.

B.     Islam Masuk Ke-Indonesia
Paling tidak ada dua pendapat mengenai masuknya Islam di Indonesia. Pertama, pendapat lama yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 M. pendapat ini dikemukan oleh para sarjana, antara lain N.H Krom dan van Den Berg. Kemudian ternyata pendapat lama tersebut mendapatkan sanggahan dan bantahan[7].
Kedua, pendapat baru yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada Abad ke-7 M atau abad ke 1 Hijriyah. Pendapat baru ini dikemukan oleh H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Thahir Al-Haddad, A.Asjmy dan Thomas W.Arnold.
Menurut kesimpulan “seminar masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam masuk di Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriyyah atau abad ke-7 M. Seminar tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut :
1.      Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, Islam telah masuk untuk pertama kalinya ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M) dan langsung dari Arab.
2.      Daerah yang pertama kali didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatra,yaitu daerah Baros tempat kelahiran Ulama’ besar bernama Hamzah Fanshuri dan bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh tepatnya di Pase.
3.      Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia ikut aktif mengambil bagian.
4.      Muballigh-mubaligh Islam yang pertama-tama itu selain sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5.      Peyiarana Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai.
6.      Kedatangan Islam ke Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia[8].

Periodesasi masuknya pendakwah Islam ke Indonesia, menurut Muhammad Samsu, dapat dibagi kedalam tiga gelombang, yaitu :
1.      Gelombang pertama, yaitu diperkirakan pada akhir abad ke-1 H/7M. rombongan ini berasal dari Bashrah, kota pelabuhan di Iraq, yaitu ketika kaum Syi’ah dikejar-kejar oleh Bani Umayah yang berkuasa saat itu.
2.      Gelombang kedua, yaitu diperkirakan pada abad ke-6 H/13 M, dibawah pimpinan Sayyid Jamaluddin Al-Akbar AL-Husaini yang anak cucunya lebih dari 17 orang tiba di Gresik, pulau Jawa. Pendakwah lainnya seperti Maulana Malik Ibrahim, Maulana Malik Ishaq, Raden Rahmat atau Sunan Ampel, dan sebagainya.
3.      Gelombang ketiga, yaitu diperkirakan pada abad ke-9 H/ 16 M, yang dipimpin oleh Ulama Arab dan Tarim, Hadramaut. Mereka berjumlah lebih dari 45 orang dan dating berkelompok berkisar 2, 3 atau 5 orang. Mereka mengajar dan menetap di Aceh, Riau, Serdang, Kalimantan Barat dan Selatan, Sulawesi Tengah dan Utara, Ternate, Bali, Sumba, Timor, dan lain-lain.
Kedatangan Islam dan penyebarannya di kepulauan Indonesia adalah dengan cara damai melalui beberapa cara, diantaranya yaitu dengan perdagangan, perkawinan, ajaran tasawwuf, pendidikan, kesenian, dan politik[9].

C.     Islam di Sumatra
Ada tiga kerajaan Islam yang terkenal di Sumatra yang telah memosisikan Islam sebagai agama dan sebagai kekuatan politik yang mewarnai corak social budayanya, yaitu Perlak, Pasai dan Aceh.
Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Sumatra Utara yang berkuasa pada tahun 225-692 H/ 840-692 M, dengan raja pertamanya Sultan Alauddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah (225-249 H/ 840-864M). Hal ini sesuai dengan berita marcopolo (pengembara Italia yang tiba di Sumatra pada tahun 1292) yang menyatakan bahwa pada masa itu (abad ke-8M).
Pada mulanya Islam berkembang diperlak dipengaruhi oleh aliran Syi’ah yang bertebaran dari parsi ketika terjadi revolusi Syiah pada tahun 744-747 M, dengan pemimpinnya adalah Abdullah Ibnu Mu’awiyah. Kemudian pada masa pemerintahan sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (285-300 H/888-913 M) mulai masuk faham Islam Sunni yang tidak disukai oleh Syi’ah. Oleh karena itu terjadilah konflik perang saudara antara dua golongan tersebut. Namun akhirnya dicapai perdamaian dan pembagian kerajaan perlak pada dua bagian,yaitu 1).Perlak pesisir, bagian golongan Syi’ah dengan sultan dari golongan mereka, yaitu sultan Alauddin Syed Maulana Shah. Dan 2). Perlak pedalaman, bagi orang Sunni dengan sultan mereka sendiri adalah Sultan Alaiddin Malik Ibrahim, namun akhirnya perlak dapat disatukan kembali oleh sultan ini. System pemerintahan yang diterapkan oleh kerajaan Islam Perlak adalah mengikuti system pemerintahan yang dilaksanakan oleh Daulah Abbasiyah (750-1258M).
Kerajaan perlak terus hidup merdeka sampai dipersatukannya dengan kerajaan samudra Pasai pada zaman pemerintahan Sultan Muhammad Malik Ad-dzahir Ibn Malik Ash-Shaleh (688-1254H/1289-1326M). dengan demikian kerajaan Islam perlak pada abad ke-13 sudah berada dalam katagori kerajaan samudra Pasai yang dirintis oleh Malik Ash-Shleh (659-688H/1261-1289M).  Samudra Pasai merupakan kerajaan yang menjadikan dasar negaranya Islam Ahlus Sunnah Waljama’ah. Negeri  ini makmur dan kaya, didalamnya telah terdapat system pemerintahan yang teratur. Pada masa Adh-Dhahir negeri ini telah dikunjungi oleh Ibnu Batutah, yang menyebutkan bahwa Islam sudah hampir seabad lamanya disiarkan di Samudra Pasai, diperintah oleh raja yang shaleh, rendah hati, tinggi semangat keagamaan rakyat dan rajanya yang mengikuti Madzhab Syafi’i. negeri ini merupakan pusat studi Agama Islam dan tempat berkumpulnya Ulama-Ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi masalah keagamaan dan keduniawian.


Kerajaan Samudra Pasai akhirnya dapat ditaklukkan oleh Portugis yang menduduki selama tiga tahun. Kemudian pada tahun 1524 M, diadopsi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya , kerajaan Samudrra Pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.

D.    Sebab-Sebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Dalam  waktu yang relative cepat, agama Islam dapat diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata hingga raja-raja. Sehingga penganut Agama Islam pada akhir abad ke-6 H (abad ke-12 M) dan tahun-tahun selanjutnya , berhasil menjadi suatu kekuatan muslim Indonesia yang ditakuti dan diperhitungkan. Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam berkembang di Indonesia, Menurut Dr Adil Muhyiddin Al-Allusi bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di Indonesia, yaitu :
1.      Factor agama.
Faktor agama yaitu Aqidah Islam itu sendiri yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan seperti Brahmana dalam system kasta yang di ajarkan Hindu. Dalam Islam diyakini bahwa semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama dalam pandangan Allah Ta’ala kecuali karena ketaqwaanya. Mereka juga sama dalam hukum, meskipun mereka berasal dari golongan bangsawan. Dengan demikian seluruh lapisan masyarakat dapat hidup rukun, bersaudara, adil, sehingga toleransi Islam merupaka cirri utama bangsa  ini yang dikenal dunia sampai sekarang.
2.      Factor politik
Factor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara Negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan Negara-negara bagian itu  dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa dan bangsawan dan para pejabat dinegara-negara tersebut untuk menganut Islam.
3.      Factor Ekonomis
Factor ekonomis diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan Indonesia sendiri, maupun yang melampui perairan Indonesia ke Cina, India, dan teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikan keuntungan yang tidka sedikit sekaligus mendtangkan biaya masuk yang besra bagi pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang masuk maupun yang keluar[10].

Kesimpulan
            Dari berbagai teori dan pendapat yang megemukakan sejarah Islam masuk ke Indonesia, maka menurut hemat kami, pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke-Indonesia sejak abad pertama hijriyah (abad ke-7M) dan langsung dari Arab, itu adalah pendapat yang kuat, mengingat beberapa alasan yang sudah dikemukakan pada makalah kami. Bahkan dimungkinkan bahwa sejak masa Nabi Muhammad SAW agama Islam telah masuk kedaerah Nusantara, diceritakan bahwa ketika Islam berekembang pada abad pertama,1 H (7 M), Rasulullah SAW telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash berziarah pada kaisar Cina dan memperkenalkan Islam di negeri Cina. Diketahui pada abad pertama hijriyah sudah ada pemukiman masyarakat Islam di Kanton, kemduian orang-orang Muslim ddari kanton berpindah atau bermuqim di Palembang dan  Kedah.
            Islam menyebar di Indonesia melalui jalur perdagangan, pernikahan, pendidikan, politik, ekonomi dan lain sebagainya, setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh , kemudian masuknya Islam ke-Indonesia melalui tiga tahapan seperti apa yang  dijelaskan dalam makalah.









DAFTAR PUSTAKA

Yatim Badri.  Sejarah Peradaban Islam, 2008,  Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rukiati Enung K dan Hikmawati  Fenti, 2006, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Bandung                : Pustaka   Setia.
Munir Samsul,2009 , Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah.
Supriyadi Dedi ,2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia.
Bakti Andi Faisal, 2000,Islam and Nation Formation in Indonesia, Jakarta : Logos.
Saifuddin Anshari Endang, 1990, Wawasan Islam, Jakarta :  Rajawali Press.
Muhyiddin Al-Allusi Adil ,1988, Al-Uruubatu wal Islamu fi Janubi Syarqi Asia al-Hindu wa                 Indonesia, Baghdad, Irak : Darus Syu’units Tsaqafah Al-Ammah.


والله أعلم



[1]      Dr. Badri Yatim,M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm 191.
[2]     Dra. Hj.Enung K Rkiati dan Dra. Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Bandung : Pustaka   Setia, 2006, hlm 20.
[3]       Dra. Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, hlm 130.
[4]       Drs. Samsul Munir, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah,2009,hlm 301-302.
[5]        Dedi Supriyadi M.Ag. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008, hlm 187-188.
[6]      Andi Faisal Bakti, Islam and Nation Formation in Indonesia, Jakarta : Logos,2000, hlm 156-157.
[7]      Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, Jakarta :  Rajawali Press, 1990, hlm 253.
[8]     Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ibid, hlm 302-304.
[9]     Dedi Supriyadi M.Ag, Ibid, hlm 192.
[10]     Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, Al-Uruubatu wal Islamu fi Janubi Syarqi Asia al-Hindu wa Indonesia, Baghdad, Irak : Darus Syu’units Tsaqafah Al-Ammah, 1988.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar