ANAK ZAMAN
MINDER UNTUK BERBUAT TA’AT
Keterasingan Islam bukan pada sisi
minimnya penganut, bukan pula karena sulitnya kitab suci didapat. Tapi pada
runtuhnya kekuasaan, hukum dan syari’atya, juga lenyapnya tradisi dan
akhlaqnya. Semua tahu hukum apa yang mendominasi saat ini. Tradisi mana pula
yang menjadi budaya masyarakat dunia, juga masyarakat kita saat ini. Selain adat,
tradisi barat begitu kentara mewarnai setipa celah kehidupan, hingga menjadi
pola hidup kebanyakan.
Orang yang konsisten dengan ciri
khas ke-Islamannya dipandang aneh, begitupun yang tidak lebur (menyatu) dengan
tradisi kebanyakan juga meraka anggap aneh. Tinggallah dua pilihan, setia
dengan Islam tapi menanggung celaan dan keterasingan, ataukah larut dengan arus
kebanyakan yang didominasi oleh hawa nafsu sebagai unsur terkuatnya.
Tak sedikit yang gamang untuk tetap
berputar bersama Islam, saat posisi Islam sedang dipinggirkan. Tidak sedikit
orang Islam yang lantas mencari wilayah “aman” dengan menceupkan dirinya dengan
“sibghah” hawa nafsu yang menjadi warna kebanyakan.
Mereka minder untuk menunjukkan jati
dirinya sebagai seorang muslim atau muslimah. Yang muslimah tidak pede tampil
dengan jilbab Syar’inya, kurang gaul jika tidak hafal lagu-lagu barat, dan
merasa rendah diri jika belum bisa berjoged dan berdansa. Mereka lebih pede
dengan pakaian ketat, berlenggak lenggok, kepalanya miring ke sana kemari,
persis seperti kaum yang dikabarkan oleh Nabi saw sebagai penghuni neraka yang
perlakuannya belum pernah beliau saksikan dizamannya.
نساء كاسيات
عاريات مميلات مائلات رءوسهن كاسنمة البخت المائلة لا يدخلن الجنة ولايجدن ريحها وان
ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا
Artinya : “ wanita yang
berpakaian tapi telanjang, menyimpang dari keta’atan, berjalan
melenggak-lenggok , kepalanya seperti punuk unta, mereka tidak masuk surga,
bahkan tidak mencium wangi surga, padahal wanginya dapat dirasakan dari jarak
perjalanan sekian dan sekian (yakni sangat jauh) “ (H.R Muslim, dari
Sahabat Abu Hurairah).
Yang laki-laki merasa minder dengan
aktif shalat berjama’ah di masjid dengan meninggalkan teman ngobrolnya. Atau merasa
minder menampakkan sunnah Nabi seperti memanjangkan jenggot, memakai kopiyah
(lobe), berpakaian Islami dan lain sebagainya. Mereka juga minder jika hendak
membaca al-Qur’an, atau berargumen dengan al-Qur’an , Sunnah dan Qaul para ‘Ulama’.
Mereka lebih merasa terangkat wibawanya jika bisa menukil petuah-petuah (kata-kata
bijak) orang Barat.
Munculnya rasa minder untuk ta’at
tersebut disebabkan karena menganggap nilai keta’atan itu rendah, Islam dan
iman tag begitu berarti, sekaligus muncul kekaguman terhadap tradisi dan
kebiasaan diluar Islam. Maka mereka pun
lebih memilih untuk mengikuti tradisi (budaya) orang kafir, meskipun sesuatu
itu jelas-jelas kotor dan buruk. Rasulullah saw telah bersabda :
من تشبه بقوم
فهو منهم
Artinya : “Barangsiapa menyerupai
suatu kaum, maka orang tersebut termasuk golongan mereka “ (H.R Abu Dawud).
Sadarlah Wahai Saudara-Saudari ku
!!! bahwa masa depan agama Islam ada ditangan para pemuda-pemudi, jika
akhlaqnya pemuda-pemudi jauh dari akhlaq Islami, bagaimana kelangsungan agama
dan bangsa kita??? Masih kah kita minder untuk menunjukkan identitas ke-Islaman
kita? Yang wanita dengan jilbab Syar’inya, yang laki-laki dengan shalat berjama’ah
di masjid dan berpakaian Islami. Ayo jangan malu menunjukkan bahwa kita adalah
seorang Muslim sejati. Dengan kita mencintai ajaran Islam, mencintai akhlaq
Islam, dan meninggalkan segala perkara yang tidak termasuk ajaran Islam,
yakinlah bahwa Allah Ta’ala akan memberikan kemudahan kepada kita dalam
menghadapi segala perkara terlebih-lebih perkara ketika di ‘Alam Kubur maupun
ketika di akhirat.
والله اعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar