SIFAT KE-EMPAT
AL-MUKHALAFATU LILHAWADITSI[1]
Disebutkan didalam kitab al-Husunu
al-hamidiyyah :
الصفة
الربعة : المخلفة للحوادث . يجب لله تعالى المخالفة للحوادث , ويستحيل عليه ضدها
وهو : المماثلة للحوادث , بأن يكون تعالى مشبها لهذه الموجودات الحادثة في خاصة من
خواصها التى من طبيعة نفسها ....الخ .
Artinya : “Sifat ke-empat yaitu
Mukhalafatuhu Lilhawadits (Allah berbeda dengan sesuatu), mustahil sebaliknya
yakni Mumatsalah Lil Hawadits (Allah sama dengan sesuatu). Misalnya Allah
Ta’ala menyerupai ‘alam, baik ketentuan ataupun tabi’atnya, seperti bertubuh,
sifat-sifatnya, keadaannya, berubah-ubahnya, bersusun atau berpecah-pecahnya,
keluar dari yang lain atau mengeluarkan yang lainnya pula, bersambung atau
berpisah, menyerupai binatang, tanaman, logam, atau berpindah dari satu tempat
ketempat lain, tertawa, atau merasa heran pada sesuatu dan sebagainya.
Jadi, Allah Ta’ala tidak menyerupai
sesuatu pun, kalau Allah Ta’ala itu menyamai sesuatu dari ‘alam wujud yang
bersifat baharu (ada permulaan dan ada akhirnya), maka Allah Ta’ala akan
menjadi seperti itu pula, karena yang menyamai sesuatu itu dalam salah satu
ketentuan-ketentuannya adalah termasuk golongannya”.
Disebutkan didalam kitab kifayatul
awwam :
فالله مخالف لكل مخلوق من انس وجن
وملك وغيرها
Artinya
: “ Maka Allah itu berbeda dengan tiap-tiap makhluq dari golongan manusia,
jin , malaikat dan yang lainnya “.
فلا
يصح اتصافه تعالى بأصاف الحوادث من مشى و قعود وجوارح
Artinya
: “ Maka tidak shah bersifatnya Allah Ta’ala dengan sifat-sifat segala yang
baru seperti berjalan, duduk, dan (mempunyai) anggota-anggota tubuh “.
فهو تعالى منزه عن
الجوارح من فم وعين واذن وغيرها
Artinya
: “ Maka Allah Ta’ala itu disucikan dari pada anggota-anggota tubuh berupa
mulut, mata, telinga dan lainnya (seperti tangan, kaki, dan istiwa / bersemayam
di Arsy sebagaimana istiwa’nya makhluq pada sesuatu) “.
Disebutkan
didalam kitab Tanwiru al-Qulub :
واما المخالفة للحوادث : فمعناها
انه تعالى ليس مماثلا لشيء من الحوادث في الحدوث ولوازمه في ذاته ولافي صفاته
ولافي افعاله , فليس جسما وليس قائما بجسم او محاذياله , وليس فوق شيء ولاتحته ولا
خلفه ولا عن يمنه ولا عن يساره ولا يوصف بحركة ولاسكون وليس بذى اجزاء فليس له يد
ولا عين ....الخ .
Artinya : “ Dan adapun
al-Mukhalafatu Lil Hawadits artinya Allah Ta’ala tidak serupa dengan sesuatupun
selain Dia, tidak dalam Dzat-Nya, tidak dalam Shifat-Nya, dan tidak juga dalam
Af’al (perbuatan-perbuatan-Nya). Dzat Allah bukan Jisim, tidak pula menempati
atau bersandar pada Jisim. Allah tidak diatas atau dibawah sesuatu, tidak
dibelakang atau disamping kiri dan kanan sesuatu. Tidak diseifati dengan gerak
dan diam dan bagian-bagian yang dimiliki oleh makhluk. Allah tidak mempunyai
tangan, mata , telinga atau ciri-ciri makhluk lainnya. Adapun keterangan yang
ada didalam al-Qur’an atau Hadits yang mengungkapkan seolah-olah Allah serupa
dengan makhluk, seperti : “ Yadullah Fauqa Aydihim ( Tangan Allah diatas
tangan mereka)” harus ditakwil dari makna lahiriyahnya yang bersifat umum
“. Ilmu Allah tidak seperti ilmu kita, Allah tidak lupa dan tidak lalai, tidak
pula jahil (bodoh). Kuasa Allah tidak membutuhkan alat dan sarana. Allah
berkehendak tidak karena maksud tertentu, hidup Allah tidak dengan ruh (nyawa)
sebagaimana hidupnya kita. Pengelihatan dan pendengaran Allah tidak dengan
indra. Kalam Allah tidak dengan suara dan tidak dengan huruf sebagai lambang
suara, dan Allah tidak diam. Perbuatan Allah tidak dengan anggota tubuh, tidak
pula sekedar gurauan. Sungguh Maha Suci Allah dari semua itu.
واما الدليل عليها عقلا انه لو
ماثل شيئامن الحوادث في ذاته اوفي صافته او في افعاله لكن حادثا مثله وهو باطل
Artinya : “ Dalil aqli yang
menunjukkan kemestian Allah bersifat tidak serupa dengan segala sesuatu selain
Dia (al-Mukhalafatu Lil-Hawadits) adalah Apabila Allah serupa dengan sesuatu
dari selain Dia, baik Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya ataupun
perbuatan-perbuatan-Nya, tentu Allah juga sama dengan sesuatu tersebut yang
bersifat (baharu), dan itu sungguh bathil “.
واما الدليل عليها نقلا قوله
تعالى : ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
Artinya : “Dan adapun dalil Naqli
Allah berbeda dengan segala sesuatu (al-Mukhalafatu Lil-Hawadits) adalah firman
Allah Ta’ala : “ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat “[2].
Berdasarkan keterangan diatas maka
apa-apa yang datang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah berupa ayat-ayat atau
Hadits-Hadits yang bertentangan dengan demikian maka kita harus menakwilnya
yakni memalingkan dari zhahirnya. Dan hal ini telah disepakati oleh Ulama’
Salaf dan Khalaf, akan tetapi Ulama’ Salaf menakwilkannya dengan takwil ijmali
(global) dalam artti tidak menentukan maknanya yang dikehendaki, karena mereka
mentafwidh atau menyerahkannya kepada Allah Ta’ala.
Mengenai ayat Mutasyabihat yang
mesti diya’wil seperti firman Allah ta’ala : يد
الله فوق ايديهم (Tangan Allah diatas tangan-tangan
mereka), mengenai ayat ini para Ulama’ Salaf berkata : Bukanlah maksud dari
ayat ini bahwa Allah mempunyai anggota tubuh yang dimaklumi dan tidak ada yang
mengetahui maksud dari “Tangan” pada ayat tersebut kecuali hanya Allah yang
mengetahuinya.
Sedangkan Ulama’ Khalaf berkata :
ayat ini mesti dita’wil dengan ta’wil yang tafshili (terperinci) dalam arti
menentukan maknanya sesuai dengan sesuatu yang layak bagi Allah. Jadi maksud
ayat tersebut bukanlah bahwa Allah ta’ala mempunyai anggota tubuh sebagaimana
yang dimaklumi, akan tetapi maksudnya adalah bahwa Allah mempunyai kekusaan,
sehingga makna ayat itu dita’wil menjadi “Ke-Kuasaan Allah di atas ke-kuasaan
mereka”. Seperti inilah maksud dari asy-Syaikh Burhanuddin al-Laqani didalam
kitab Matan Jauharah Tauhidnya :
وكل نص او هم التشبيها # اوله اوفوض ورم تنزيها #
Artinya : “ Dan setiap Nash yang
memberi persangkaan kepada tasybih (penyerupaan) maka ta’wilkanlah atau tafwidhkan
(serahkan maknanya) kepada Allah Ta’ala dan hendaknya engkau memaksudkan Tanzih
(penyucian)”.
والله تعالى اعلم
[1]Makalah ini disampaikan oleh Al-Faqir
ilallah Sumitra Nurjaya Al-Banjariy Al-Jawiy pada Majlis Ta’lim Miftahu
al-Khair halaqah Mahasiswa PAI Univa
Medan pada tanggal 6 Jumadil Awwal 1435 H bertepatan tanggal 8 Maret
2014 di Masjid Nurul Hidayah Jl
Garu II A. Makalah ini disusun dari kitab :
-
Al-Husunu al-Hamidiyyah Lil-Muhafazhati ‘ala
al-‘Aqaidi al-Diniyyati
oleh asy-Syaikh Husain bin Muhammad al-Jirs ath-Tharabilisi.
-
Kifayatu al-Awwam oleh asy-Syaikh Muhammad
al-Fudhali
-
Tanwiru al-Qulub fi Mu’amalati ‘Allami al-Ghuyub oleh asy-Syaikh Muhammad Amin
al-Kurdi al-Irbaliy an-Naqsabandi asy-Syafi’i.
NB : Jika ada yang kurang jelas dapat ditanyakan
dinomor : 083198940194
[2]
Q.S Asy-Syura (42) : 11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar