بكل
عبد حافظون وكلوا # وكاتبون خيرة لن يهملو ا
من
امره شيئا فعل ولو ذهل # حتى الأنين في المرض كما
نقل
فحاسب
النفس وقلل أملا # ورب من جد لأمر وصلا
Artinya : “ dan
diwakilkan pada tiap-tiap hamba itu Malaikat Hafizhun dan Katibun yang
terpilih. Mereka tidak akan melalaikan sedikitpun dari apa yang telah dia
kerjakan walaupun diketika dia lupa sampai-sampai rintihan di waktu dia sakit
sebagaimana yang telah dinuqilkan. Maka hisablah dirimu dan pendekkan
cita-cita!. Berapa banyak orang yang serius menekuni satu perkara akhirnya
sampai juga ketujuannya “.
Allah Subhanahu Wata’ala telah
mewakilkan pada setiap hamba malaikat-malaikat penjaga yang diberi nama dengan
Hafazhah atau Hafizhun.
Mengenai Hafizhun pada bait diatas
diperselisihkan maksudnya, apakah mereka itu para Malaikat yang bertugas
menjaga hamba dari sesuatu yang berbahaya ataukah mereka para Malaikat yang
bertugas menjaga apa saja yang muncul darinya berupa ucapan, perbuatan, atau
i’tikad dan Allah menjadikan bagi mereka itu satu tanda untuk mengetahui
I’tikad seseorang.
Perselisihan tersebut didasarkan
atas adanya huruf athaf pada lafadz “ كتبون “ jika huruf athaf itu dijadikan untuk
taghayur (menunjukkan perbedaan) maka yang dimaksud dengan Hafizhun adalah
maknanya yang pertama. Namun jika huruf athaf itu dijadikan untuk tafsir
(penjelasan) maka maksud Hafizhun disitu adalah maknanya yang kedua. Dan
pendapat yang rajih (kuat) adalah makna yang pertama yakni para Malaikat yang
bertugas menjaga hamba dari segala yang berbahaya.
Hal ini karena sebagian Ulama’
menyebutkan bahwa Mu’aqqibat yaitu para malaikat yang berganti-gantian menemani
hamba, baik dihadapan maupun dibelakangnya sebagaimana tersebut dalam Q.S
ar-Ra’d ayat 11 berbeda dengan katibun.
له معقبات من بين يديه ومن خلفه
يحفظونه من امرالله
Artinya : “ Bagi hamba itu ada
Mu’aqqibat dihadapan dan dibelakangnya yang akan menjaganya sesuai perintah
Allah[2] “.
(Q.S ar-Ra’d : 11).
Dikuatkan juga dengan perkataan
al-Imam al-Qurthubi bahwasanya tidak pernah dinuqil adanya malaikat Hafizhun
yang meninggalkan seorang hamba, melainkan mereka terus menemaninya. Ini
berbeda dengan katibun dimana mereka berpisah dengan hamba ketika adanya tiga
hajat yaitu ketika ketika buang air besar atau kecil, ketika jima’ (berhubungan
suami istri) dan ketika mandi sebagaimana yang disebutkan didalam Hadits Ibnu
Abbas. Pada tiga keadaan itu tidaklah terhalang bagi mereka mencatat apa-apa yang muncul darinya
karena Allah menjadikan satu tanda bagi mereka sebagaimana pada i’tiqad.
Pada selain tiga keadaan tersebut
malaikay Katibun tidaklah meninggalkan seorang hamba walaupun didalam rumahnya
terdapat lonceng, anjing dan gambar. Sedangkan Hadits yang menjelaskan bahwa
malaikat tidak akan memasuki rumah yang didalamnya terdapat lonceng[3],
anjing, dan gambar adalah malaikat Rahmat.
Satu riwayat menyebutkan bahwa
Utsman pernah bertanya kepada Nabi saw mengenai jumlah malaikat yang diwakilkan
kepada manusia. Beliau menjawab : “ Bagi tiap-tiap manusia ada 10 Malaikat
dimalam hari dan 10 Malaikat di siang hari “.
Penjagaan malaikat Hafizhun itu
hanyalah dari Qadha’ Muallaq. Adapun Qadha Mubram maka keterjadiannya adalah
sesuatu yang pasti. Terhadap Qadha’ ini malaikat Hafizhun akan menjauhkan
dirinya.
Kemudian pada tiap-tiap hamba
terdapat dua malaikat katibun[4] ,
masing-masingnya adalah Raqib dan Atid[5]. Satu
pendapat mengatakan bahwa tiap – tiap siang dan malam terdapat dua malaikat dan
untuk malam dua malaikat. Maka jadilah malaikat itu empat orang yang akan
berganti-gantian diketika shalat ashar dan subuh.
Malaikat kebaikan berada disebelah
kanan dan malaikat kejelekan disebelah kiri. Yang pertama adalah pemimpin yang
kedua. Maka jikalau hamba melakukan kebaikan bersegeralah malaikat yang
disebelah kanan untuk mencatatnya dan jika dia melakukan kejelekan maka
berkatalah malaikat yang disebelah kiri kepada malaikat yang disebelah kanan :
“apakah aku akan tulis....?” . maka dijawab : “jangan! Barangkali dia akan
beristighfar dan bertaubat”. Jika telah berlalu enam jam dna dia juga belum
bertaubat maka berkatalah ia kepadanya : “tulislah! Semoga Allah mengistirahatkan
kita dari padanya”. Ini adalah doa kematian atasnya agar kedua malaikat itu
segera berpindah dari menyaksikan kemaksiatan karena keduanya merasa tersiksa
dengan yang demikian.
Penulisan amal perbuatan hamba ini
adalah sebagian dari perkara yang wajib di imani maka kafirlah orang yang
megingkarinya karena berarti mendustakan al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman :
كراما كاتبين يعملون ما تفعلون
Artinya : “ yang mulia (di sisi
Allah) dan yang mencatat pekerjaan-pekerjaanmu serta mengetahui segala apa yang
kamu kerjakan “. (Q.S al-Infithar 11-12).
Namun demikian penulisan amal
perbuatan itu bukanlah karena satu hajat yang mendorongnya, melainkan untuk
suatu faedah yang kembali kepada hamba itu sendiri, dimana dengan adanya
penulisan tersebut maka dia akan malu untuk melakuan kemaksiatan.
Penulisan itu sesuai dengan zhahir
nash adalah dengan alat, kertas dan tinta yang hakikatnya hanya diketahui oleh
Allah Ta’ala. Mengenai tempat keduan malaikat pada diri seseorang
diperselisihkan para Ulama’. Ada yang mengatakan diakhir gusi-gusinya yang
kanan dan kiri. Ada yang mengatakan dikedua pundaknya. Ada yang mengatakan
diddagunya. Ada yang mengatakan dikedua bibirnya dan ada pula yang mengatakan
pada rambut yang tumbuh dibawah bibir.
Diriwayatkan dari Mujahid bahwa
hamba apabila ia duduk maka salah satu dari kedua malaikat itu berada
dikanannya dan yang lain disebelah kirinya, jika dia berjalan salah satunya
berada didepannya dan yang lain dibelakangnya. Dan jika dia tidur maka salah
satunya berada didekat kepalanya dan yang lain didekat kedua kakinya.
Dari semua pendapat itu dapatlah
disimpulkan bahwa malaikat tersebut tidka melazimi (tidak mengambil posisi yang
tetap) pada satu tempat. Namun yang paling baik dalam hal ini adalah tawaqquf.
Mereka tidak akan meninggalkan
sesuatu yang dikerjakan oleh seorang hamba dengan tanpa pencatatan, melainkan
mereka akan mencatatnya, baik berupa perkataan ataupun selainnya. Walaupun
hamba tersebut dalam keadaan lengah atau lupa. Maka ditulislah apa-apa yang
telah dia kerjakan dalam keadaan lupa tersebut, akan tetapi dia tidak disiksa
dengannya karena tujuan pencatat itu bukan untuk menyiksa atau memberi pahala.
Bahkan sampai-sampai mereka itu akan mencatat rintihan yang timbul dari seorang
hamba dikala sakit sebagai mana yang di sebutkan oleh Imam Malik r.a.
Dan apabila seorang hamba itu
meninggal dunia maka kedua malaikat itu akan duduk diatas kuburnya. Jika dia
orang yang baik maka kedua malaikat itu akan beristighfar untuknya dan jika
tidak maka keduanya melaknatnya hingga hari kiamat.
Jika engkau telah mengetahui bahwa
pada dirimu terdapat malaikat yang selalu mengawasi segala aktivitasmu dan
mencatatnya maka perhitungkanlah dirimu disetiap pagi terkait apa yang telah
engkau kerjakan dimalam hari dan disetiap sore hari terkait apa yang telah
engkau kerjakan di siang hari. Jika engkau mendapatkan ada amal kebajikan maka
pujilah Allah atasnya dan jika amal kejelekan maka beristighfarlah kepada-Nya.
حاسبوا انفسكم قبل ان تحاسبوا
Artinya : “ Perhitungkanlah dirimu
sebelum nanti engkau diperhitungkan “.
Rasulullah saw bersabda: "Hai
orang yang bertanya, engkau menanyakan padaku tentang perkara yang agung,
sesungguhnya pada hari kiamat beberapa kaum dari umatku digiring kepadang Mahsyar
terbagi menjadi 12 macam:
-
Mereka dikumpulkan
dengan rupa kera (monyet), mereka adalah manusia tukang fitnah.
-
Mereka
dikumpulkan dengan rupa babi hutan, mereka adalah orang yang suka makan barang
haram.
-
Mereka
dikumpulkan dalam keadaan buta, mereka dari golongan manusia yaitu: mereka
adalah orang-orang yang melanggar hukum agama dan tidak adil dalam memberi
keputusan hukum.
-
Mereka
dikumpulkan dalam keadaan bisu dan tuli, yaitu orang-orang yang menyombongkan
diri dengan amal perbuatannya.
-
Mereka yang
dikumpulkan dari mulutnya mengalir nanah dan menggigit lisannya sendiri, mereka
adalah ulama yang ucapannya berbeda dengan perbuatannya.
-
Mereka
dikumpulkan dengan jasad yang terkena luka bakar, mereka adalah orang yang
bersaksi bohong.
-
Mereka
dikumpulkan dengan keadaan telapak kakinya berada didahi dan diikat pada
ubun-ubunnya, mereka adalah orang yang menuruti hawa nafsu dan keenakan dan berbuat
sesuatu yang diharamkan.
-
Mereka
dikumpulkan dengan keadaan seperti orang mabuk yang jatuh kekanan dan kekiri,
mereka adalah orang-orang yang mencegah haq ALLAH.
-
Mereka
dikumpulkan dengan memakai celana yang terbuat dari tembaga, mereka adalah
orang-orang yang tidak menjauhi ghibah (membicarakan kejelekan orang lain).
-
Mereka yang
dikumpulkan dengan lidah yang keluar dari tengkuk, mereka adalah orang-orang yang
suka mengadu domba.
-
Mereka
dikumpulkan dalam keadaan mabuk, mereka adalah orang-orang yang membicarakan
masalah dunia didalam masjid.
-
Mereka
dikumpulkan dengan bentuk babi hutan, mereka adalah orang yang makan riba.
والله تعالى اعلم
[1]
Makalah ini disampaikan
oleh Al-Faqir ilallah Sumitra Nurjaya Al-Banjariy Al-Jawiy pada Majlis
Ta’lim Miftahu al-Khair halaqah Mahasiswa PAI Univa Medan pada tanggal 13 Jumadil Awwal 1435
H bertepatan tanggal 15 Maret 2014 di Masjid Nurul Hidayah Jl Garu II A. Makalah ini disusun dari kitab
:
-
Juharu at-Tauhid oleh al-Imam Abu al-Amdad
Burhanuddin Ibrahim bin Hasan bin ‘Ali bin Abdu al-Quddus al-Maliki al-Laqani.
-
Tuhfatu al-Murid Syarh Jauharu a-Tauhid oleh al-Imam Ibrahim bin Muhammad bin Ahmad
asy-Syafi’i al-Baijuri.
-
Daqaiqu al-Akbar oleh al-Imam Abdurrahman bin
Ahmad Qadhi.
[2]
Maksudnya adalah mereka
menjaga seorang hamba berdasarkan izin dari Allah Ta’ala atau berdasarkan
apa-apa yang ditaqdirkan oleh Allah Ta’ala.
[4]
Mereka adalah para
Malaikat yang bertugas menjaga apa saja yang muncul dariinya berupa ucapan,
perbuatan atau i’tikad dan Allah menjadikan bagi mereka suatu tanda untuk
mengetahui i’tikad seseorang.
[5]
Arti Raqib adalah
pengawas sedangkan Atid adalah yang hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar