SEJARAH
MASUKNYA ISLAM KE-INDONESIA
Sejak zaman prasejarah, penduduk
kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan
perdagangan antara kepualauan Indonesia dengan berbagai daerah di Asia
Tenggara.
Bahkan dua abad sebelum tarikh
Masehi, Indonesia (kepulauan Nusantara) khsususnya Sumatra telah dikenal dalam
peta dunia masa itu. Peta dunia tertua yang disusun oleh Claudius Ptolemaeus,
seorang Gubernur Kerajaan Yunani yang berkedudukan di Alexandria (Mesir),
menyusun peta berjudul Geographyle telah menyebut dan memasukkan
Nusantara dengan sebutan Barousai. Yang dimaksud tentunya pantai barat Sumatra
yang kaya akan kapur barus[1].
Kedatangan agama Islam ke Indonesia
umumnya dihubungkan dengan masalah perdagangan antara bangsa-bangsa yang
mendiami Asia, baik bagian barat, bagian timur maupun bagian tenggara, sudah
ada sejak abad pertama Masehi[2].
Ada dua factor utama yang
menyebabkan Indonesia mudah dikenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh
bangsa-bangsa timur tengah , yaitu :
1)
Factor
letak Geografisnya yang strategis. Indonesia berada di persimbangan jalan raya
Internasional dari jurusan Timur Tengah menuju Tiongkok, melalui lautan dan
jalan menuju benua Amerika dan Australia.
2)
Factor
kesuburan tanahnya yang menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang
dibutuhkan oleh bangsa-bangsa lain, misalnya rempah-rempah[3].
Pedagang-pedagang
muslim Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepualauan Indonesia untuk
berdagang sejak abad ke-7 M (Abad ke 1 Hijriyah), ketika Islam pertama kali
berkembang di Timur Tengah. Hubungan perdangan ini juga menjadi hubungan
penyebaran agama Islam yang semakin lama semakin lebih intensif.
Sejaka
abad pertama Nusantara yang menghasilkan komoditif rempah-rempah dan banyak
disukai di Eropa (Romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang Arab singgah
dipantai barat Sumatra dan selat Malaka yang menghubungkan imperium Timur
(Kekaisaran Cina). Pedagang Arab sudah berperan sebagai pengatur jalur
perdagangan Barat-Timur.
Dengan
demikian Indonesia sudah dikenal sejak zaman dahulu oleh bangsa-bangsa baik di
Timur maupun di Barat, karena menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Sebagai
wilayah yang mudah dijangkau dan menghasilkan banyak hasil bumi, maka amat
logis jika Indonesia menjadi wilayah untuk memperoleh pengaruh, dan tidak
terkecuali untuk penyebaran agama Islam[4].
A.
Teori
Kedatangan Islam di Indonesia
Kennet
W Morgan menerangkan bahwa berita yang dapat dipercaya tentang Islam di Indonesia
yang mula-mula sekali terdapat dalam berita Marcopolo. Dalam perjalanannya
kembali ke Venezia (1292 M), Marcopolo, setelah bekerja pada Kubilai Khan di
Tiongkok, singgah di Perlak,s ebuah kota dipantai utara Sumatra. Menurut
Marcopolo bahwa penduduk perlak pada
waktu itu di Islamkan oleh pedagang yang disebut kaum Saracen. Wilayah-wilayah
pangeran disekitar perlak didiami oleh penyembah berhala yang belum beradab.
Dari
uraian diatas , dapat difahami bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia mulai abad
ke 7 dan telah di anut sebagian besar orang Indonesia, baik sebagai agama
maupun sebagai hokum, hal ini terjadi sejak dahulu. Setelah masuknya agama
Islam, selalu ada pegawai khusus yang mempunyai keahlian dalam hokum Islam,
yang kadang-kadang menangani juga urusan mu’amalah, iddah, hadhanah, waris dan
lainnya,jadi secara ideologis dan politis, hokum Islam sudah ada sejak abad ke
8 Masehi[5].
Islamisasi
di Indonesia telah ada semenjak abad ke-13, 16, dan 17 , berikut ini penjelasan
dari Andi Faisal Bakti :
“ …
Pasai, Negara Islam telah berdiri pada abad ke-13, perkembangan yang signifikan
tterjadi pada abad ke -16 atau awal abad ke-17, dengan berdirinya beberapa
Negara Islam, sperti Aceh, Banten, Mataram, Gowwa-Tallo, Ternate, dan Tidore. Penggunaan kata Shulthan (Sultan Arab) adalah
symbol nyata Islam yang dipakai oleh beberapa raja, Seperti Sultan Iskandar
Muda :, Sultan Iskandar Tani-Aceh, Sultan Ageng Tirtayasa-Banten, Sultan
Hasanuddin-Gowa-Tallo, Sultan Agung-Mataram, dan Sultan Babullah-Ternate. Pada periode
ini juga muncul beberapa Ulama Islam, seperti Hamzah Fansuri, Syams ad-Din
As-Sumatrani, Abd ar-Rauf As-Sinkili yang menyebar Islam dari Aceh, Syaikh Abu
Yusuf dari Makassar ke Banten, dan Wali Songo di Jawa. Dari mereka inilah Islam
local di buka…”[6].
Mengenai
kedatangan Islam di Nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di
antara ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok, yakni tempat assal kedatangan
Islam, para pembawanya, dan waktu kedatangannya. Berbagai teori dan pembahasan
yang berusaha menjawab tiga permasalahan pokok ini belum lah tuntas sampai
sekarang, hal itu disebabkan karena kurangnya data yang dapat mendukung teori
tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai teori yang ada.
B.
Islam
Masuk Ke-Indonesia
Paling
tidak ada dua pendapat mengenai masuknya Islam di Indonesia. Pertama, pendapat
lama yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 M. pendapat
ini dikemukan oleh para sarjana, antara lain N.H Krom dan van Den Berg.
Kemudian ternyata pendapat lama tersebut mendapatkan sanggahan dan bantahan[7].
Kedua,
pendapat baru yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada Abad ke-7 M
atau abad ke 1 Hijriyah. Pendapat baru ini dikemukan oleh H. Agus Salim, M.
Zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Thahir Al-Haddad, A.Asjmy dan Thomas
W.Arnold.
Menurut
kesimpulan “seminar masuknya Islam ke Indonesia” di Medan tahun 1963, Islam
masuk di Indonesia sudah semenjak abad pertama Hijriyyah atau abad ke-7 M.
Seminar tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut :
1.
Menurut
sumber-sumber yang kita ketahui, Islam telah masuk untuk pertama kalinya ke
Indonesia pada abad pertama Hijriyah (abad ke-7 M) dan langsung dari Arab.
2.
Daerah
yang pertama kali didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatra,yaitu daerah Baros
tempat kelahiran Ulama’ besar bernama Hamzah Fanshuri dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama berada di Aceh
tepatnya di Pase.
3.
Dalam
proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia ikut aktif mengambil
bagian.
4.
Muballigh-mubaligh
Islam yang pertama-tama itu selain sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5.
Peyiarana
Islam di Indonesia dilakukan dengan cara damai.
6.
Kedatangan
Islam ke Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam
membentuk kepribadian bangsa Indonesia[8].
Periodesasi
masuknya pendakwah Islam ke Indonesia, menurut Muhammad Samsu, dapat dibagi
kedalam tiga gelombang, yaitu :
1.
Gelombang
pertama, yaitu diperkirakan pada akhir abad ke-1 H/7M. rombongan ini berasal
dari Bashrah, kota pelabuhan di Iraq, yaitu ketika kaum Syi’ah dikejar-kejar
oleh Bani Umayah yang berkuasa saat itu.
2.
Gelombang
kedua, yaitu diperkirakan pada abad ke-6 H/13 M, dibawah pimpinan Sayyid
Jamaluddin Al-Akbar AL-Husaini yang anak cucunya lebih dari 17 orang tiba di
Gresik, pulau Jawa. Pendakwah lainnya seperti Maulana Malik Ibrahim, Maulana
Malik Ishaq, Raden Rahmat atau Sunan Ampel, dan sebagainya.
3.
Gelombang
ketiga, yaitu diperkirakan pada abad ke-9 H/ 16 M, yang dipimpin oleh Ulama
Arab dan Tarim, Hadramaut. Mereka berjumlah lebih dari 45 orang dan dating
berkelompok berkisar 2, 3 atau 5 orang. Mereka mengajar dan menetap di Aceh,
Riau, Serdang, Kalimantan Barat dan Selatan, Sulawesi Tengah dan Utara,
Ternate, Bali, Sumba, Timor, dan lain-lain.
Kedatangan Islam dan penyebarannya
di kepulauan Indonesia adalah dengan cara damai melalui beberapa cara,
diantaranya yaitu dengan perdagangan, perkawinan, ajaran tasawwuf, pendidikan,
kesenian, dan politik[9].
C.
Islam
di Sumatra
Ada tiga kerajaan Islam yang
terkenal di Sumatra yang telah memosisikan Islam sebagai agama dan sebagai
kekuatan politik yang mewarnai corak social budayanya, yaitu Perlak, Pasai dan
Aceh.
Perlak merupakan kerajaan Islam
pertama di Sumatra Utara yang berkuasa pada tahun 225-692 H/ 840-692 M, dengan
raja pertamanya Sultan Alauddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah (225-249 H/
840-864M). Hal ini sesuai dengan berita marcopolo (pengembara Italia yang tiba
di Sumatra pada tahun 1292) yang menyatakan bahwa pada masa itu (abad ke-8M).
Pada mulanya Islam berkembang
diperlak dipengaruhi oleh aliran Syi’ah yang bertebaran dari parsi ketika
terjadi revolusi Syiah pada tahun 744-747 M, dengan pemimpinnya adalah Abdullah
Ibnu Mu’awiyah. Kemudian pada masa pemerintahan sultan Alaiddin Syed Maulana
Abbas Shah (285-300 H/888-913 M) mulai masuk faham Islam Sunni yang tidak
disukai oleh Syi’ah. Oleh karena itu terjadilah konflik perang saudara antara
dua golongan tersebut. Namun akhirnya dicapai perdamaian dan pembagian kerajaan
perlak pada dua bagian,yaitu 1).Perlak pesisir, bagian golongan Syi’ah dengan
sultan dari golongan mereka, yaitu sultan Alauddin Syed Maulana Shah. Dan 2).
Perlak pedalaman, bagi orang Sunni dengan sultan mereka sendiri adalah Sultan
Alaiddin Malik Ibrahim, namun akhirnya perlak dapat disatukan kembali oleh
sultan ini. System pemerintahan yang diterapkan oleh kerajaan Islam Perlak
adalah mengikuti system pemerintahan yang dilaksanakan oleh Daulah Abbasiyah
(750-1258M).
Kerajaan perlak terus hidup merdeka
sampai dipersatukannya dengan kerajaan samudra Pasai pada zaman pemerintahan
Sultan Muhammad Malik Ad-dzahir Ibn Malik Ash-Shaleh (688-1254H/1289-1326M).
dengan demikian kerajaan Islam perlak pada abad ke-13 sudah berada dalam
katagori kerajaan samudra Pasai yang dirintis oleh Malik Ash-Shleh
(659-688H/1261-1289M). Samudra Pasai
merupakan kerajaan yang menjadikan dasar negaranya Islam Ahlus Sunnah
Waljama’ah. Negeri ini makmur dan kaya,
didalamnya telah terdapat system pemerintahan yang teratur. Pada masa
Adh-Dhahir negeri ini telah dikunjungi oleh Ibnu Batutah, yang menyebutkan
bahwa Islam sudah hampir seabad lamanya disiarkan di Samudra Pasai, diperintah
oleh raja yang shaleh, rendah hati, tinggi semangat keagamaan rakyat dan
rajanya yang mengikuti Madzhab Syafi’i. negeri ini merupakan pusat studi Agama
Islam dan tempat berkumpulnya Ulama-Ulama dari berbagai negeri Islam untuk
berdiskusi masalah keagamaan dan keduniawian.
Kerajaan Samudra Pasai akhirnya
dapat ditaklukkan oleh Portugis yang menduduki selama tiga tahun. Kemudian pada
tahun 1524 M, diadopsi oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah. Selanjutnya , kerajaan
Samudrra Pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar
Aceh Darussalam.
D.
Sebab-Sebab
Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Dalam waktu yang relative cepat, agama Islam dapat
diterima dengan baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai
dari rakyat jelata hingga raja-raja. Sehingga penganut Agama Islam pada akhir
abad ke-6 H (abad ke-12 M) dan tahun-tahun selanjutnya , berhasil menjadi suatu
kekuatan muslim Indonesia yang ditakuti dan diperhitungkan. Ada beberapa hal
yang menyebabkan agama Islam berkembang di Indonesia, Menurut Dr Adil Muhyiddin
Al-Allusi bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam cepat berkembang di
Indonesia, yaitu :
1.
Factor
agama.
Faktor agama
yaitu Aqidah Islam itu sendiri yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian
dan meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan
seperti Brahmana dalam system kasta yang di ajarkan Hindu. Dalam Islam diyakini
bahwa semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak ada yang lebih utama
dalam pandangan Allah Ta’ala kecuali karena ketaqwaanya. Mereka juga sama dalam
hukum, meskipun mereka berasal dari golongan bangsawan. Dengan demikian seluruh
lapisan masyarakat dapat hidup rukun, bersaudara, adil, sehingga toleransi
Islam merupaka cirri utama bangsa ini
yang dikenal dunia sampai sekarang.
2.
Factor
politik
Factor politik
yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara Negara-negara dan
penguasa-penguasa Indonesia, serta oleh pertarungan Negara-negara bagian
itu dengan pemerintah pusatnya yang
beragama Hindu. Hal tersebut mendorong para penguasa dan bangsawan dan para pejabat
dinegara-negara tersebut untuk menganut Islam.
3.
Factor
Ekonomis
Factor ekonomis
diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan
Indonesia sendiri, maupun yang melampui perairan Indonesia ke Cina, India, dan
teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikan
keuntungan yang tidka sedikit sekaligus mendtangkan biaya masuk yang besra bagi
pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang
masuk maupun yang keluar[10].
Kesimpulan
Dari
berbagai teori dan pendapat yang megemukakan sejarah Islam masuk ke Indonesia,
maka menurut hemat kami, pendapat yang mengatakan bahwa Islam masuk
ke-Indonesia sejak abad pertama hijriyah (abad ke-7M) dan langsung dari Arab,
itu adalah pendapat yang kuat, mengingat beberapa alasan yang sudah dikemukakan
pada makalah kami. Bahkan dimungkinkan bahwa sejak masa Nabi Muhammad SAW agama
Islam telah masuk kedaerah Nusantara, diceritakan bahwa ketika Islam
berekembang pada abad pertama,1 H (7 M), Rasulullah SAW telah mengutus Sa’ad
bin Abi Waqqash berziarah pada kaisar Cina dan memperkenalkan Islam di negeri
Cina. Diketahui pada abad pertama hijriyah sudah ada pemukiman masyarakat Islam
di Kanton, kemduian orang-orang Muslim ddari kanton berpindah atau bermuqim di
Palembang dan Kedah.
Islam menyebar di Indonesia melalui
jalur perdagangan, pernikahan, pendidikan, politik, ekonomi dan lain
sebagainya, setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka raja Islam yang pertama
berada di Aceh , kemudian masuknya Islam ke-Indonesia melalui tiga tahapan
seperti apa yang dijelaskan dalam
makalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Yatim Badri. Sejarah
Peradaban Islam, 2008, Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
Rukiati Enung K dan Hikmawati
Fenti, 2006, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Bandung
: Pustaka
Setia.
Munir Samsul,2009 , Sejarah Peradaban Islam, Jakarta
: Amzah.
Supriyadi Dedi ,2008, Sejarah Peradaban Islam,
Bandung : Pustaka Setia.
Bakti Andi Faisal, 2000,Islam and Nation
Formation in Indonesia, Jakarta : Logos.
Saifuddin Anshari Endang, 1990, Wawasan Islam,
Jakarta : Rajawali Press.
Muhyiddin Al-Allusi Adil ,1988, Al-Uruubatu wal Islamu fi
Janubi Syarqi Asia al-Hindu wa
Indonesia, Baghdad, Irak : Darus Syu’units Tsaqafah Al-Ammah.
والله أعلم
[1] Dr. Badri Yatim,M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hlm 191.
[2]
Dra. Hj.Enung K Rkiati dan Dra. Fenti
Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Bandung :
Pustaka Setia, 2006, hlm 20.
[4]
Drs. Samsul Munir, M.A, Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta : Amzah,2009,hlm 301-302.
[8]
Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Ibid,
hlm 302-304.
[10]
Dr. Adil Muhyiddin Al-Allusi, Al-Uruubatu
wal Islamu fi Janubi Syarqi Asia al-Hindu wa Indonesia, Baghdad, Irak :
Darus Syu’units Tsaqafah Al-Ammah, 1988.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar