Assalamu'alaikum Wr.Wbr.
Alhamdulillah kita bertemu kembali,,,
saya doa kan semoga semuanya dapat nikmat Iman, Islam, Shihah, Wal Afiyah.
kali ini pembahasannya berjudul " MEMBONGKAR KEDOK HTI (Hizbut Tahrir).
sebelum memulai tulisan ini, saya mohon kepada para pembaca sekalian untuk membuka hati-a dalam2, katakanlah yg benar jika itu benar, adapun tulisan ini saya buat untuk mmbuka kaca mata hati kita, untk melihat suatu kebenaran. saya tdk bermaksud melakukan fitnah dsb, tulisan ini di kutip langsung dri kitab rujukan (asli) yg disusun sendiri oleh pendiri Hizbut Tahrir yaitu Taqiyuddin An-Nabahani.
skali lg saya minta, buka hati dalam2 untk mnerima kebenaran, khususnya bagi orang HTI yg mmbaca tulisan ini.
HT "Hizbut Tahrir" didirikan di kota Al-Quds (Yerussalem) pada tahun 1372 (1953 M) oleh seorang ALumnus UNiv Al-Azhar Kairo (Mesir) yg beraqidah maturidiyyah dlm maslh asma' dan Sft Allah, dn brpndangan Mu'tazillah dlm skian prmslhan agama. pendirinya brnama Taqiyuddin An-Nabhani, wrga plestina yg di lhrkan di Ijzim Qadha Haifa pada tahun 1909 . mrkas trtua mreka di Yordania, Syiria, dan lebanon. ( lht Mengenal HT, hal 22, Al-Mausu'ah Al-Muyassar hal 135, dan membongkar selubung Hizbut Tahrir hal 2, Asy-Syaikh Abdurrahman Ad-Dimasyqi).
pada saat ini bnyk orang yang kagum dengan kesungguhan dan tekat kuat dari teman-teman HT, tapi maaf,,,, adakah slama ini kita mngetahui bhwa HT tlah mnyimpang dari koridor Islam? baik Al-Qur'an maupun Sunnah. ada beberapa hal yg perlu ditanyakan dlm ajaran HTI, dmana bahkan ketika ditanyakan permasalahan ini para KADER HT sendiri tdk mengetahuinya, beberapa hal diantaranya adalah :
dlm rangka meyakinkan masyarakat awwam , dan tegaknya negara Islam di negeri ini, tdk jarang mereka berdalil dengan Al-Qur'an dan Hadits. sekalipun mereka sering berdalih demi agama Islam dan mengatas namakan diri pembela agama Tuhan, namun pemahaman mereka hanya sebatas asumsi pribadi saja menggunakan teks Agama (Al-Qur'an maupun Hadits ) yg tag merujuk kepada referensi yg dapat dipertanggung jawabkan. sehingga dalil yg kerap kali mereka lontarkan melengceng dari pendapat Ulama Klasik. bgi orang yang tidak kenal secara mendalam tentang kelompok HT ini, tentu menganggap tujuan mereka yang ingin mendirikan khilafah Islamiyayah merupakan suatu cita-cita yang mulia. namun bila mengkaji lebih jauh siapa mereka, siapa pendirinya, bagaimana asas perjuangannya dan sebagainya, kita akan tahu bahwa klaim mereka ingin mendirikan negara khilafah Islamiyyah ternyata tdk dilakukan dengan cara-cara yang Islami.
kita mngetahui bahwa aqidah merupakan kunci utama suatu pondasi umat islam, apabila aqidahnya rusak maka rusaklah seluruh ibadah yg lainnya, hal ini sudah menjadi Ijma' para Ulama. ada beberapa mslh mengenai aqidah HT yg sdh tidak dapat diterima lagi dan menyalahi AL-Qur'an dan As-Sunnah. beberapa di antaranya pelecehan terhadap Ahlussnunnah Wal Jama'ah , yg mana pelecehan tersebut dilontarkan oleh pendiri HT yaitu Taqiyuddin An-Nabhani dlm kitab yg disusunnya sendiri yaitu kitab Syajhsiyah Al-Islamiyah jilid 1 hal 70, beliau menyatakan bahwa : " pada dasarnya Ahlussunnah Wal Jama'ah dan Jabariyah ialah sama, Jadi Ahlusunnah wal jama'ah adalah jabariah, mereka telah gagal segagal-gagalnya dalam masalah kasb ". kata gagal segagal-ggagalnya merupakan suatu penghinaan terhadap sunni, dan menyamakan sunni dengan jabariah itu merupakan suatu penghinaan yg sngt besar.
kemudian mengenai siksa kubur , dlm hal ini HT tidak mengakui adanya siksa kubur, pernyataan tersebut dapat kita lihat dalam kitab Ad-Dausyiah ( kumpulan fatwa-fatwa HT mengenai siksa kubur) menurut buku tersebut, meyakini siksa kubur yang terdapat dalam Hadits tersebut ialah haram, dan msh bnyk mslh-mslh aqidah lain-a yg mana aqidah HT menyalahi Al-Qur'an dan As-Sunnah.
sljutnya setelah kita mmbahas masalah Aqidah HT, beranjak kita kemasalah syariat (Fiqh). hari ini umat islam trtipu dengan cover HT, melihat cover HT yang hari ini dipuji-puji dan disanjung2 ternyata bnyk fatwa HT mengenai syariah yg menyalahi hukum syariah itu sendiri. sebagai contoh :
Ht berfatwa mengenai halalnya seseorang bersalaman dengan orang lain yang bukan mahramnya tanpa adanya pelapis. pendapat tersebut dapat kita lihat dalam kitab yang dikarang pendiri HT yakni kitab Nizamu Ijtima' fil Islam hal 57. yg lebih nyeleneh lagi dlm kitab Milaff an-Nasyarat Al-Fiqhiyyah hlm 143 jg dpt dilihat dlm kitab Qira'at fi Fikr Hizb Tahrir Al-Islami hlm 114. disebutkan bhwa melihat wanita yg bukan mahramnya dalam keadaan telanjang begitu juga sebaliknya kecuali kemaluan besarnya yakni jalan depan dan jalan belakangnya, dan boleh melihat mahramnya dalam ke adaan telanjang bulat. (Masya Allah Naudzubillah min dzalik).
ada satu mendapat yg lebih nyeleneh lagi, yaitu HT berpendapat bahwa orang mati sebelum membai'at seorang khilafah ialah mati jahiliyyah, Naudzu billahi min dzalik. pendapat tersebut dapat kita lihat dalam kitab yg dikarang oleh pendiri HT, nama kitabnya Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyyah juz II bagian III, hlm 13 dan 29.
Hal yang paling penting ialah pada awal berdrinya HT bertekad akan menegakkan khilafah dalam waktu 13 thun, kemudian mereka perpanjang mnjdi 30 tahun, nmun nyatanya sampai sekarang mereka tdk juga mampu mengusung yg namanya khilafah.
tulisan-tulisan ini semuanya merujuk kepada kitab-kitab asli yg disusun oleh pendiri HT itu sendiri, tdk ada rekayasa sedikitpun didalam tulisan ini, bisa anda cek langsung kepada sumber aslinya. maka saya ingin bertanya kepada orang2 HT, apakah mereka tidak membaca buku/kitab2 yg menjadi pedoman mereka??? kami orang Ahlusunnah wajib mempelajari kitab / buku2 yg menjaid pedoman kami, baik itu dalam masalah Tauhid (aqidah), Fiqh dll, yg mana semuanya bersumber dari AL-Qur'an dan Hadits. bhkan orang yg tdk mengetahui Aqaidul iman yg 50 dlm maslh aqidah, aqidah orng tersebut dipermasalahkan atau dipertanyakan. maka yg pertma skali bgi kami untuk mmpelajarinya adalah masalah Tauhid (aqidah), krena tauhid adalah semulia2 ilmu, dan krena aqidah itu mrupakan pondasi umat Islam, lntas bgaiman dengan kalian wahai kelompok HT????
mudah-mudahan tulisan ini dapat kiranya membuka mata hati kita untuk melihat kebenaran, katakanlah yang benar jika itu benar, dan jangan engkau sembunyikan kebenaran sementara engkau memela sesuatu yg salah. kebenaran disembunyikam, yg salah bela habis-habisan, bukalah mata hati mu....
saya siap membuka forum diskusi kapanpun dan dimanapun apabila terjadi kesalahan dalam tulisan dan siap merevisinya, akan tetapi saya berharap pembaca membuka hatinya apabila pernyataan2 saya merupakan kebenaran yg muthlaq.
semoga kita semua mendapatkan petunjuk Allah jadda Wa'ala
Selasa, 19 November 2013
Selasa, 05 November 2013
Mengaji Kitab Shaidul Khatir judulnya " Tanda-Tanda Orang Yang Lalai dan Sadar"
baca
sampai selesai ya,,,
kemudian
dihayati,,,
Bismillah
Alhamdulillah.
wash-shalatu Was-salamu 'Ala Asyrafil Anbiya'i Walmursalin.
Alhamdulillah.
wash-shalatu Was-salamu 'Ala Asyrafil Anbiya'i Walmursalin.
Q
awali kaji ini dengan rasa syukur kepada Allah Jadda Wa'ala
semoga
Allah menolong ku dalam meluruskan niat ku.ku berharap kajian ini bermanfaat
buat banyak orang, terutama diriku sendiri, seseorang yang fakir lagi dha'if.
Pada kesempatan ini kita akan mengaji kitab yg bernama " Shaidul Khathir " yg disusun oleh Al-Imam Jamaluddin Abil Farraj Abdur-Rahmanibnil Jauzi (Imam Ibnul Jauzi).
Pada kesempatan ini kita akan mengaji kitab yg bernama " Shaidul Khathir " yg disusun oleh Al-Imam Jamaluddin Abil Farraj Abdur-Rahmanibnil Jauzi (Imam Ibnul Jauzi).
judulnya
" orang yg Lalai dan orang yg Sadar.
berkata
AL-Imam Ibnul Jauzi : kadang-kadang muncul mawas diri (kesdaran) disaat
seseorang sedang mendengarkan nasihat, namun ketika dia sudah berpisah/kembali
dari pendengarkan
nasihat,
kerasnya hati dan kelalaianpun muncul kembali.
(Syarh/Penjelasan) seseorang ketika
mendengarkan nasihat, mendengarkan ceramah, mendengarkan pengajian (majlis
ilmu) muncullah dalam dirinya kesadaran. pada saat dia mendengarkan nasihat,
ceramah, pengajian dll tersentuh hatinya, ia sadar atas kesalahan-keslahan yg
pernah dia perbuat. maka ia pun merasa sangat berdosa. namun ketika ia sudah
berpisah/pulang dari pengajian (mendengarkan ceramah) hatinya kembali keras dan
kelalaiannya pun muncul kembali, pulang dari pengajian (mendengarkan ceramah)
ia pun kembali berbuat dosa, ia pun kembali berbuat maksiat. dosa-dosa ataupun
maksiat yang pernah ia lakukan kembali ia lakukan, padahal ia sudah
mendengarkan pengajian / ceramah.orang yg seperti ini adalah orang yg lalai dan
keras hatinya.
diantara
perbuatan2 yg dapat mengeraskan hati diantarany : buruk sangka, ghibah,
namimah, cinta kepada dunia, banyak tertawa, banyak bicara yg tidak bermanfaat,
tidak menjaga pandangan, marah yg tdk dibenarkan, meninggalkan shalat, malas
berdzikir, sombong, riya, israf (berlebih2an) dll.
jikalau
hati sudah keras, maka rahmat Allahpun menjauh, hidayah Allah menjauh, makhluk
Allah yg baik pun menjauh, bahkan orang yg keras hatinya akan banyak ditimpa
musibah, kesusahan (baik itu kesusahan mslh ekonomi, masalah kelurga, masalah
pendidikan dll).
namun orang yg sadar adalah orng yg mampu mengamlkan apa yg di ajarkan oleh orang yg memberi nasihat/ustadz/guru dll. dan orang yg sadar itu, ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengulangi perbuatan dosa/maksiat yg pernah atau sering ia lakukan. ia berusaha menjaga pandangan-a, ia berusaha menjaga lisannya, ia berusaha menjaga shalat-a, ia berusaha mengendalikan amarahnya, ia selalu berdzikir , ia zuhud / tdk cnta kepada dunia, dan lain sebagainya.
namun orang yg sadar adalah orng yg mampu mengamlkan apa yg di ajarkan oleh orang yg memberi nasihat/ustadz/guru dll. dan orang yg sadar itu, ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengulangi perbuatan dosa/maksiat yg pernah atau sering ia lakukan. ia berusaha menjaga pandangan-a, ia berusaha menjaga lisannya, ia berusaha menjaga shalat-a, ia berusaha mengendalikan amarahnya, ia selalu berdzikir , ia zuhud / tdk cnta kepada dunia, dan lain sebagainya.
maka
kita lihatlah diri kita sendiri, ada pada golongan yg manakah kita?
apakah kita termasuk orang yang lalai atau kita termasuk orang yg diberi kesadaran oleh Allah Ta'ala? tentunya anda sendiri yg dapat menjawabnya.
apakah kita termasuk orang yang lalai atau kita termasuk orang yg diberi kesadaran oleh Allah Ta'ala? tentunya anda sendiri yg dapat menjawabnya.
jika
kita termasuk orang yg lalai ,maka berusahalah untuk menjadi orang yg sadar.
sperti apa yg dijelaskan di atas.
Wallahu
A'lam.
Alhamdulillah,,,,
(sumber : kitab Shaidul Khatir, hlm 8)
(sumber : kitab Shaidul Khatir, hlm 8)
Al-Imam
Ibnul Jauzi, Shaidul Khatir, Cairo (Mesir), Maktabatu Mishri,
2008, hlm 8.
Minggu, 03 November 2013
PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL
PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Ahli
sosiologi berpendapat bahwa dalam semua masyarakan memiliki ketiksamaan
diberbagai bidang. Misalnya dalam bidang ekonomi, sebagian anggota masyararakat
memiliki kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidup yang terjamin,
sedangkan sebagaian lainnya dalam keadaan miskin dan tidak sejahtera. Pada
bidang politik sebagian orang memiliki kekuasaan dan sebagain lainnya dikuasai.
Pada bidang politik sebagian orang ada yang mengenyam pendidikan sampai
ketingkat yang paling tinggi dan sebagian lainnya ada yang sama sekali tidak
pernah mengenyam pendidikan. Inilah realitas social dalam masyarakat, yang
dapat ditangkap oleh pemerintah dan daya fikir manusia. Perbedaan anggota
masyarakat ini, seperti telah dikatakan terdahulu, dinamakan stratifikasi
social (social stratification). Pendidikan dalam hal ini memiliki peranan
strategis dalam membentuk stratifikasi sosial[1].
A.
Pengertian
Stratifikasi Sosial
Sejumlah ahli sosiologi mengemukakan defenisi stratifikasi social
sebagai berikut :
a)
Menurut
Mosaca : stratifikasi social adalah pembedaan anggota masyarakat berdasarkan
status yang dimilikinya.
b)
Menurut
Max Weber : Stratifikasi social merupakan penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system social tertentu atas lapisan-lapisan hirarki
menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
c)
Menurut
Pitirim A. Sokorin : Stratifikasi social merupakan pembedaan penduduk attau
masyarakat kedalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hirarki)[2].
Stratifikasi
social atau pelapisan social pada dasarnya berbicara tentang penguasaan
sumber-sumber – sumber social. Sumber social adalah segala sesuatu yang oleh
masyarakat diapndang sebagai sesuatu yang berharga,tetapi terbatas dalam jumlah
sehingga memperolehnya dibutuhkan
usaha-usaha tertentu. Terjadinya stratifikasi social karena tidak adanya
keseimbangan antara hak dan kewajiban
sehingga rasa tanggung jawab social berkurang lalu dilajutkan dengan
adanya ketimpangan pemilikan nilai atas harga. Akibatnya, sesame anggota
kelompok social menilai dan memilah-milah
yang akhirnya tersirat dan diakui adanya perbedaan , pada akhirnya
muncullah strata. Bentuk pelapisan dalam masyarakat berbeda banyak sekali,
tetapi pelapisan itu tetap ada[3].
Jadi
kami menyimpulkan bahwa stratifikasi social adalah sebuah konsep yang
menunjukkan adanya perbedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok social
(komunitas) secara bertingkat. Misalnya dalam komunitas tersebut terdapat
strata tinggi, strata sedang, dan strata rendah.
Adapun
yang melatar belakangi timbulnya stratifikasi social adalah sebagi berikut :
a)
Perbedaan
ras dan budaya.
b)
Pembagian
tugas/kerja yang terspesialisasi
c)
Kelangkaan
sumber daya maupun kekuasaan.
Adapun
yang mendasari terjadinya stratifikasi social adalah sebagai berikut :
a)
Kekayaan
b)
Kekuasaan
c)
Kehormatan
d)
Keturunan
e)
Pendidikan
(Ilmu Pengetahuan)[4].
B.
Hubungan
Stratifikasi Sosial dengan pendidikan
Dalam masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan atau pendidikan, orang yang memiliki keahlian atau
berpendidikan akan mendapat penghargaan lebih besar disbanding mereka yang
tidak berpendidikan. Maka dari pada itu pendidikan meruppakan salah satu dasar
stratifikasi social.
Jika sekolah berdampak terhadap
kualitas lulusan pendidikan, dan jika kualitas pendidikan berdampak terhadap
lapangan kerja yang diperoleh dan upah atau penghasilan yang diterima,masa
depan anak-anak dari lapisan social yang lebih tinggi (menengah atau atas) akan
tetap bertahan, maka disini kualaitas sekolah atau pendidikan dapat
mempertahankan stratifikasi social. Stratifikasi social merupakan gejala social
tyang tidak dapat dihindari dan terdapat disetiap masyarakat manapun
didunia ini. Pandangan dan keperluan mengenai pendidikan , dorongan,
cita-cita dan hal yang lain bertalian dengan pendidikan, diwarnnai stratifikasi
social. Masyarakat yang menganut system social terbuka memiliki kesempatan luas untuk berusaha naik
ketangga social yang lebih tinggi. Konsekuensinya terbuka pula untuk
turun/jatuh dalam tangga social yang
lebih rendah. Gejala naik dan turunnya tangga pelapisan social ini tidak
terdapat dalam masyarakat yang menganut system pelapisan social yang tertutup[5].
C.
Penggolongan
Sosial
Dalam setiap masyarakat, orang
menggolongkan masing-masing dalam
berbagai katagori, dari lapisan yang paling atas sampai pada lapisan yang
paling bawah. Dengan demikian terjadilah stratifikasi social. Ada masyarakat
yang mempunyai stratifikasi sangat ketat,seseorang lahir dalam golongan
tertentu dan ia tidak mungkin meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Keanggotaannya
dalam suatu katagori merupakan factor
utama yang menentukan tinggi pendidikan
yang dapat ditempuhnya, jabatan yang dapat didudukinya, orang yang dapat
dinikahinya, dan sebagainya. Golongan yang ketat ini biasa disebut kasta.
Namun biasanya penggolongan social
tidak seketat seperti apa yang disebutkan diatas, akan tetapi fleksibel dengan
batas-batas yang agak kabur dan senantiasa dapat mengalami perubahan . Dalam
masyarakat yang demikian anak seorang jenderal dan bekerja sebagai penyanyi di
Night Club dan menikah dengan putrid keturunan bangsawan zaman dulu[6].
Sifat system pelapisan di
masyarakat, menurut Sarjono Soekanto, dapat bersifat tertutup (closed social
certification) dan terbuka (open social Stratification), hal ini dapat
dijelaskan bahwa :
Pertama, system tertutup, dimana membatasi kemungkinan berpindah seorang
dari suatu lapisan kelapisan lain, baik berupa gerak keatas maupun gerak
kebawah. Didalam system yang demikian, satu-satunya jalan menjadi anggota suatu
lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Contoh masyarakat dengan system
stratifikasi social tertutup ini adalah masyarakat berkasta, sebagian
masyarakat feodal atau masyarakat yang dasar stratifikasinya tergantung pada
perbedaan rasial.
Kedua, system terbuka yang mana masyarakat didalamnya memiliki kesempatan
untuk berusaha degan kecakapan sendiri untuk naik lapisan. Atau bagi mereka
yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan bawah,
kemungkinan terjadinya mobilitas social sangat besar.
Jadi, suatu masyarakat dinamakan
tertutup mana kala setiap anggota masyarakat tetap pada status yang sama dengan
orang tuanya. Sedangkan dinamakan
terbuka, karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang
tuanya, dimana bias lebih tinggi attau lebih rendah. Mobilita social yang
disebut tadi, berarti berpindah status dalam stratiifikasi social. Berbagai
factor yang menyebabkan perpindahan status, antara lain pendidikan dan
pekerjaan[7].
D.
Cara-Cara
Menentukan Golongan Sosial
Konsep tentang penggolongan social
bergantung pada cara seorang menentukan golongan social itu. Adanya golongan
social timbul karena adanya perbedaan status dikalangan anggota masyarakat.
Untuk menentukan stratifikasi social dapat diikuti tiga metode,yaitu :
a.
Metode
obyetif,yaitu stratifikasi yang ditentukan berdasarkan criteria obyektif
antara lain : jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis
pekerjaan[8] .
menurut suatu penelitian di amerika Serikat pada tahun 1954, bahwa dokter
menempati kedudukan yang sangat tinggi sama dengan gubernur Negara bagian. Juga
professor tinggi kedudukannya sama dengan ilmuwan, anggota kongres, Dewan
Perwakilan Rakyat. Guru sekolah menduduki tempat yang lebih rendah dari kapten tentara, pemain orkes atau kontraktor,
akan tetapi lebih tinggi dari penyiar radio, masinis, polisi. Yang paling
rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu[9].
b.
Metode
Subyektif,yaitu dimana dengan
menggunakan metode ini kwlompok/golongan social dirumuskan berdasarkan
pandangan menurut anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan
dalama masyarakat itu. Kepada mereka diajukan pertanyaan : “menurut pendapat
saudara termasuk golongan manakah saudara dinegara ini, golongan atas, golongan
menengah, atau golongan rendah?[10].
c.
Metode
reputasi, metode ini dikembagkan oleh W. Lloyd Warner cs. Dalam metode ini
golongan social dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan
masing-masing stratifikasi masyarakat itu. Kseulitan penggolongan objektif dan
subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan tanggapan
orang dalam lingkungan sehari-hari yang nyata tentang golongan social
masing-masing. Oleh sebab itu W.L Warner mengikuti suatu cara yang realistis
yakni memberikan kesempatan kepada orang dalam masyarakat itu sendiri
menentukan golongan – golongan mana yang
terdapat pada masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota masing-masing
golongan itu[11].
E.
Golongan
Sosial Sebagai Lingkungan Sosial
Golongan social sangat mennetukan
lingkungan social seseorang. Pengetahuan, kebutuhan dan tujuan, sikap, watak
sesorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sistem golongan social
menimbulkan batas-batas dan rintangan ekonomi, cultural dan social yang mencega
pergaulan dengan golongan-golongan lain. Manusia mempelajari kebudayaannya dari
orang lain dalam golongan itu yang telah memiliki kebudayaan itu. Maka orang
dalam golngan social tertentu akan menjadi orang yang sesuai dengan kebudayaan
dalam golongan itu dan dengan sendiri mengalami kesulitan untuk memasuki
lingkungan social lain. Golongan social membatasi dan menentukan lingkungan
belajar anak.
Bila kita menghadapi orang yang
belum kita kenal kita berusaha mengetahui golongan sosialnya agar dapat
menentukan hingga berapa jauh kita dapat bersikap akrab kepadanya. Orang yang
termasuk golongan social yang sama cenderung untuk bertempat tinggal didaerah
tertentu. Orang golongan atas akan tinggal ditempat yang elite karena anggota
golongan rendah tidak mampu untuk tinggal disana. Orang akan mencari pergaulan
dikalangan yang dianggap sama goolongan sosialnya. Namun demikian ada
kemungkinan terjadi perpindahan golongan social.
F.
Tingkat
Pendidikan dan Tingkat Golongan Sosial
Dalam berbagai studi , tingkat
pendidikan tertinggi yang diperoleh
seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian
memang terdapat kolerasi yang tinggi antara kedudukan social seseorag dengan tingkat pendidikan yang telah
ditempuhnya. Pendidikan yang tinggi bertailan erat dengan tingkat social yang
tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan social anatra lain terjadi oleh
sebab anak golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai
perguruan tinggi. Orang yang termasuk golongan social atas beraspirasi agar
anaknya menyelesaikan pendidikan tinggi. Jabatan orang tua, jumlah dan sumber
pendapatan, daerah tempat tinggal, tanggapan masing-masing tentang golongan
sosialnya, dna lambing-lambang lain yang berkaitan dengan status social ada
kaitannya dengan tingkat pendidikan anak.
G.
Golongan
Sosial dan Jenis Pendidikan
Pendidikan menengah pada dasarnya diadakan sebagi persiapan untuk
pendidikan tinggi. Karena biaya pendidikan tinggi pada umumnya mahal, tidak
semua orang tua mampu membiayai studi anaknya disitu. Pada umumnya anak-anak
yang orang tuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan
untuk studi di universitas.
Orang tua yang mengetahui batas
kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya.
Sebaliknya anak-anak orang kaya tidak tertarik oleh sekolah kejuruan. Dapat
diduga bahwa sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid-murid dari
golongan rendah dari pada yang berasal dari golongan atas. Karena hall itulah dapat timbul pendapat bahwa
sekolah menengah umum mempunyai status yang lebih tinggi dari pada sekolah
kejuruan[12].
H.
Pendidikan
dan Mobilitas Sosial
Pendidikan telah menjadi sector
strategis dalam system program pembangunan suatu bangsa. Banyak Negara telah
menjadikan sector pendidikan sebagai leading sector, sector utama atau unggulan
dalam program pembangunan. Ternyata yang menjadikan pendidikan sebagai leading
sector, telah menjadi Negara maju dan telah menguasai pasar dunia. Jepang
menjadi Negara maju karena pendidikan menjadi perhatian utama dalam kebijakan
pembangunan di Negara tersebut[13].
Mobilitas social adalah sebuah
gerakan masyarakat dalam kegiatan menuju perubahan yang lebih baik. Henry Clay
Smith mengatakan mobilitas social adalah gerakan dalam struktur social (gerakan
antar individu dengan kelompoknya)[14].
Haditono mengatakan bahwa mobilitas social adalah perpindahan seseorang atau kelompok dari
kedudukan yang satu ke kedudukan yang lain, tetapi sejajar. Pauul B Horton dan
Chester L Hunt mengatakan mobilitas social adalah suatau gerak perpindahan dari
satu kelas social ke kelas social lainnya[15]. Jadi yang dikatakan mobilitas social adalah
perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran
anggotanya. Proses keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan
gerak social seperti inilah yang dikatakan mobilitas social (social mobility)[16].
Pendidikan dipandang sebagai jalan
untuk mencapai kedudukan yang lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi
pendidikan yang ldiperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu.
Dengan demikian terbuka kesempatan untuk
meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa penndidikan merupakan
suatu jalan untuk menuju mobilitas social[17].
I.
Mobilitas
Sosial Melalui Pendidikan
Banyak contoh-contoh yang dapat kita
lihat disekitar kita tentang orang yang meningkat dalam status sosialnya berkat
pendidikan yang diperolehnya. Pada zaman dahulu orang yang menyelesaikan
pendidikannya pada HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan
menjadi pegawai dan mendapat kedudukan
social yang terhormat. Namun kini pendidikan SD bahkan SMA hampir tidak ada
pengaruhnya dalam mobilitas social, maka ijazah SMA tidak ada artinya lagi dalam
mencari kedudukan yang tinggi dan dengan demikian tidak dapat menaikkan
seseorang ke golongan social yang lebih tinggi. Kini pendidikan tinggi dianggap
suatu syarat bagi Mobilitas Sosial. Bagi
lulusan perguruan tinggi pun kini sudah bertambah sukar untuk memperoleh
kedudukan yang baik.
J.
Tingkat
Sekolah dan Mobiltas Sosial
Diduga bahwa bertambah tingginya
taraf pendidikan makin besarnya kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah.
Pendidikan tinggi masih sangat selektif. Tidak semua orang tua mampu membiayai
studi anaknya di perguruan tinggi. Dengan menggunakan computer untuk menilai
tes seleksi menjadi obyektif artinya tidak lagi dipengaruhi kedudukan orang tua
atau orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu membuka kesempatan yang lebih
luas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah untuk memasuki perguruan
tinggi atas dasar prestasinya dalam tes masuk itu. Biaya yang cukup banyak tentu menjadi suatu
hambatan bagi golongan rendah untuk menyekolahkan anaknya pada tingkat universitas.
K.
Pendidikan
Menurut Perbedaan Sosial
Pendidikan bertujuan untuk membekali
setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai tingkat yang
setinggi-tingginya. Akan tetapi sekolah sendiri tidak mampu meniadakan
batas-batas tingkatan social itu, oleh
sebab banyak daya-daya diluar sekolah yang memelihara atau mempertajamnya.
Pendidikan selalu merupakan bagian
dari sisttem social, dan jika demikian halnya timbul pertanyaan apakah sekolah
harus mempertimbangkan perbedaan dan didalam
kurikulumnya artinya memberikan pendidikan bagi setiap golongan social
yang sesuai dengan kebutuhan golongan masing-masing sehingga dapat hidup
bahagia menurut golongan masing-masing. Berhubung dengan itu juga dipilih
guru-guru yang sesuai dengan golongan social murid yang bersangkutan. Pendirian
ini berdiri atas anggapan bahwa sekolah bagaimana pun juga tag dapat mengubah
struktur social dank arena itu menerimanya saja sebagai kenyataan serta
menyesuaikan diri dengan kenyataan itu agar kurikulum relevan.
Pada saat ini sekolah-sekolah
meneruskan cita-cita untuk menyebarluaskan ideal dna norma-norma kesamaan dan
mobilitas secara verbal disamping adanya daya-daya stratifikasi yang
berlangsung terus dalam masyarakat. Ini berarti bahwa usaha untuk mengerjakan
kesamaan dna mobiitas akan mengahdapi kesulitan dalam dunia nyata[18].
KESIMPULAN
Dalam lapisan mmasyarakat terdapat
penggolongan-penggolongan social yang disebut dengan statifikasi sosial, yang
mana stratifikasi social itu dilihat atau ditentukan berdasarkan : 1) Kekayaan, 2) Kekuasaan,3) Kehormatan, 4)
Keturunan, 5) pendidikan. Dalam statifikasi social terbagi kepada tiga
tingkatan, 1) golongan atas, 2) golongan menengah, 3) golongan bawah. Yang
paling mendasari stratifikasi social
adalah pendidikan. Maka kita dituntut agar menjadi orang yang berpendidikan
tinggi, karena dengan kita menjadi orang berpendidikan tinggi
tingkatan/golongan social kita juga akan semakin meningkat, perubahan atau
perpindahan dari satu kelas social ke kelas social lainnya atau gerak pindah
dari strata yang satu ke strata yang lainnya itu disebut dengan mobilitas
social. Dan pendidikan yang tinggi merupaka jalan utama untuk mencapai
mobilitas social yang tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Idi , Abdullah,
Sosiologi Pendidikan, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Damanik. S.
Fritz Hotman, Sosiologi, Klaten : PT Intan Pariwara, 2009.
Syarbaini. Syahrial, Sosiologi dan Politik,
Jakarta : Ghaila Indonesia, 2002.
Nasution,
S. Sosiologi Pendidikan,
Jakarta : Bumi Aksara , 2011.
http://bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi sosial dalam
masyarakat-27.html. diakses pada tanggal 1/11/2013.
Batubara, Abd.
Muhyi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT Ciputat Press, 2004.
H Gunawan, Ary,
Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.
Unimed, Tim
Dosen, Dasar-Dasar Antropologi/Sosiologi, Medan , 2011.
Damsar, Pengantar
Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2012.
والله أعلم
[1]
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2013, hlm 177.
[7]
http://bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi
sosial dalam masyarakat-27.html. diakses pada tanggal 1/11/2013.
[14]
Ary H Gunawan, Sosiologi
Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, hlm 36.
[15]
Abdullah Idi, loc it,
hlm 195.
[16]
Tim Dosen Unimed, Dasar-Dasar
Antropologi/Sosiologi, Medan , 2011, hlm 118.
[17]
S.Nasution. Loc it,
hlm 38.
Langganan:
Postingan (Atom)