Tanda Matinya Hati.
Assalamu’alaikum Wbr.
Alhamdulillah,
was-Shalatu Wassalamu ‘ala Rasulillah.
Tulisan ini merupakan
untaian hikmah dari Al-Arifbillah Al-Imam Ibnu Ath-Thaillah As-Sakandari
didalam kitabnya Al-Hikam, kemudian kitab itu di Syarahkan oleh Al-Imam
Al-Ajibah Al-Hasani dengan kitab yang bernama Hiqazul Himam Fi Syarhul Hikam.
yang mana untaian hikmah ini dapat melembutkan hati orang yang membacanya, khususnya bagi orang yang ingin sampai kepada Allah (ma’rifatullah).
yang mana untaian hikmah ini dapat melembutkan hati orang yang membacanya, khususnya bagi orang yang ingin sampai kepada Allah (ma’rifatullah).
Al-Imam Ibnu
Ath-Thaillah berkata : sebahagian dari tanda-tanda matinya hati seseorang itu
yaitu tidak bersedih ketika luput darinya keta’ataan, dan tidak menyesal ketika
berbuat maksiat.
Orang yg hatinya mati
ketika terlepas darinya perbuatan ta’at, misalnya dia tidak shalat dan sebagainya,
maka orang tersebut tidak bersedih. Ditinggalkannya shalat, tapi dia merasa
biasa-biasa saja, kemudian orang yg mati hatinya tersebut ketika dia berbuat
maksiat tidak ada rasa penyesalan sedikitpun yang timbul dari dirinya. baik
ketika dia meninggalkan ta’at dan baik ketika dia berbuat maksiat
tidak timbul dari dirinya rasa sedih dan menyesal, itu berarti tanda matinya
hati.
Al-Imam Ahmad Ajibah
Al-Hasani berkata : Matinya hati seseorang itu yang menyebabkannya ada tiga hal
: 1). Cinta Kepada dunia, 2). Lalai dari
berdzikir kepada Allah, 3) Mempergunakan anggota badan untuk bermaksiat kepada
Allah.
1.
Cinta Kepada Dunia. Nabi SAW bersabda :
Bekunya air mata tidak pernah menangis karena dosa, itu tanda kerasnya hati,
kerasnya hati itu timbul karena mencintai dunia.
Al-Imam Al-Ghazali
berkata : yang merusak ibadah seorang hamba itu karena 4 hal :1). Dunia, 2).
Makhluk (Lingkungan), 3). Syaithan, 4). Hawa Nafsu.
·
Cinta Kepada dunia mengobatinya yaitu
dengan zuhud terhadap dunia.
·
Makhluk (Lingkungan) cara mengobatinya
yaitu dengan Uzlah (Menyendiri dari Makhluk) dan melakukan pendekatan terus
menerus dengan Allah Ta’ala, baik dengan melakukan ibadah wajib maupun sunnat,
dan banyak berdzikir.
·
Hawa Nafsu cara mengobatinya paksakan
nafsu itu untuk melakukan ibadah, paksakan nafsu kita untuk shalat, Puasa,
Shadaqah dll. Dan Halangi Nafsu kita untuk berbuat maksiat, ketika timbul ke
inginan untuk bermaksiat, maka lawanlah nafsu itu, ketika malas untuk
beribadah, maka paksalah nafsu itu untuk beribadah.
·
Syaithan cara mengobatinya yaitu dengan
cara berdoa kepada Allah agar kita dilindungi dari godaan dan gangguan
Syaithan.
2.
Lalai dari berdzikir kepada Allah. Hal
ini menyebabkan hati kita menjadi mati, sehingga terus saja kita dalam
perbuatan dosa tanpa adanya penyesalan dan tanpa adanya upaya untuk bertaubat. Orang
yang selalu berdzikir kepada Allah,ketika terbit dari dirinya perbuatan maksiat
(dosa) maka dia akan bersegera minta ampunan kepada Allah. Sementara orang yang
mati hatinya , ketika terbit dari dirinya perbuatan maksiat (dosa) maka ia akan
terus saja melakukan perbuatan dosa tanpa adanya penyesalan dan tanpa adanya
usaha untuk bertaubat. Maka dari pada itu banyaklah basahi lidah dengan kalimah
Thaiyyibah.
3.
Membiarkan anggota badan berbuat
maksiat. Cara mengobatinya yaitu dengan cara : mata digunakan untuk banyak membaca
Al-Qur’an, Telinga digunakan untuk banyak mendengarkan baca’an Al-Qur’an, mendengarkan
pengajian-pengajian, jangan gunakan telinga untuk MENDENGARKAN MUSIK, Lidah
digunakan untk berdzikir, membaca Al-Qur’an dll, Tangan digunakan untuk
bershadaqah, kaki digunakan untuk melangkah ketempat yang diridhai Allah.
Kemudian
Al-Imam Ahmad Ajibah Al-Hasani menambahkan bahwa sebab hidupnya hati seorang
hamba yaitu : 1). Zuhud terhadap dunia, 2). Sibuk Berdzikir Kepada Allah 3).
Bersahabat dengan wali-wali Allah (Para Ulama’).
Jadi
ini lah tanda matinya hati dan cara mengobati hati yang mati tersebut, semoga
kita semua yang membaca artikel ini bukan termasuk orang-orang yang hatinya
mati, dan jika termasuk orang-orang yang hatinya mati maka bersegeralah untuk
mengobatinya, karena ampunan Allah itu Maha luas, sebanyak apapun dosa yang
kita lakukan, lebih luas lagi ampunan Allah Ta’ala.