Selasa, 22 Desember 2015

KEUTAMAAN ISTIGHFAR





Sumber : Kitab Tafrihu al-Qulub wa Tafrihu al-Kurub
Oleh al-Imam al-Habib ‘Umar bin al-Habib Saqqaf bin Muhammad
 bin ‘Umar as-Shafi as-Saqqaf

            Adapun istighfar itu adalah ia sebagai sebab mudahnya rezeki, penebus (penghapus) dosa, membuka kesulitan, menutup aib, melindungi harta, mengalirnya keberkahan pada harta, menaikkan derajat dalam agama, dan mencegah kesedihan (kegundahan). Kesusuhan yang berkelanjutan yang kita alami, sebabnya adalah karena banyaknya dosa yang telah kita lakukan, maka obatnya adalah dengan beristighfar , bertaubat dengan sebenar-benar taubat dan menyesal atas dosa yang telah dilakukan. Rasulullah saw bersabda :

من لزم الأستغفار .... جعل لله له من كل هم  فرجا ومن كل ضيق مخرجا , ورزقه من حيث لايحتسب
            Artinya : “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka” (H.R Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad).
           
            Pakaian kotor membutuhkan sabun untuk membersihkannya dan membutuhkan minyak wangi untuk menjadikannya wangi. Dosa ibarat pakai kotor, sabun adalah taubat dan minyak wangi adalah istighfar. Maka, diri kita yang penuh dosa ini membutuhkan taubat untuk membersihkan dosa-dosa itu dan istighfar sebagai pewanginya.
            Seorang laki-laki datang kepada al-Imam Hasan al-Bashri untuk mengadukan kesulitannya, ia mengadu bahwa ia mengalami kekeringan sehingga tanaman tidak tumbuh subur. Maka al-Imam Hasan al-Bashri menjawab : “Beristighfarlah kepada Allah”, kemudian laki-laki tadi mengadukan kefakirannya, al-Imam pun menjawab : “Beristighfarlah kepada Allah”, dan setelah itu laki-laki tadi mengadukan bahwa ia sudah lama menikah namun tidak dikaruniai anak, maka al-Imam menjawab ‘Beristighfarlah kepada Allah”.
            Sayyidah ‘Aisyah r.a mengatakan : “Adalah Rasulullah saw memperbanyak bacaan pada ruku’ dan sujudnya (Subhanakallahumma wabihamdik, Allahummagh-firli)”. Rasulullah saw mengamalkan hal ini karena Allah swt berfirman :

فسبح بحمدربك واستغفره
            Artinya : “Maka bertasbihlah kepada Tuhanmu dan beristighfarlah”.
            Sempurnanya hitungan dalam beristighfar adalah 1000 kali di waktu pagi dan 1000 kali di waktu petang, adapun istighfar yang di baca yaitu :

أستغفرالله العظيم الذي لااله الا هو الحي القيوم وأتوب اليه من كل ذنب فعلته الى وقتي هذا والله غفور رحيم

A.    Sayyidul-Istighfar
Dari namanya sudah jelas, bahwa istighfar ini merupakan bacaan istighfar yang seharusnya menjadi nomor urut pertama apabila kita ingin membiasakan membacanya, artinya jangan sampai bacaan sayyidul istighfar ini ditinggalkan, sementara bacaan istighfar yang lainnya selalu dibaca, walaupun memang tidak ada aturan kita harus selalu membaca istighfar tertentu. Namun, seandainya kita urutkan dari berbagai macam bacaan istighfar yang ada, maka bacaan sayyidul istighfar ini menduduki rangking pertama dilihat dari segi redaksional maupun kelengkapan arti.



للَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ

            Artinya : ”Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau,Engkau yang menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan janji -Mu dan akan menjalankannya dengan semampuku, aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, aku mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni segala dosa kecuali Engkau” (HR. Bukhari no. 6306).            





B.     Keutamaan Sayyidul-Istighfar

مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا ، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِىَ ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهْوَ مُوقِنٌ بِهَا ، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ ، فَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

          Artinya : “Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum waktu sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dalam keadaan meyakininya, lalu dia mati sebelum waktu pagi, maka dia termasuk penghuni surga.”